Rumah Tradisional Jawa di Malang: Identitas Budaya dalam Desain Masa Kini

photo author
- Sabtu, 19 Juli 2025 | 22:07 WIB
Ilustrasi: Arsitektur tradisional Jawa membawa filosofi dan keberlanjutan yang kini mulai diintegrasikan kembali dalam rumah modern di Malang. (Pixabay)
Ilustrasi: Arsitektur tradisional Jawa membawa filosofi dan keberlanjutan yang kini mulai diintegrasikan kembali dalam rumah modern di Malang. (Pixabay)

Mengerti.id - Di tengah derasnya arsitektur modern, warisan tradisional tetap memegang peran penting dalam membentuk karakter suatu kota. Malang adalah contoh nyata bagaimana arsitektur tradisional Jawa masih menjadi elemen penting dalam desain hunian, terutama dalam upaya menjaga identitas budaya.

Sebagaimana dicatat dalam artikel Indonesia Design, rumah tradisional Jawa memiliki struktur tiga bagian utama: pendopo, pringgitan, dan dalem. Masing-masing memiliki fungsi yang tidak hanya praktis tapi juga filosofis. "Pendopo digunakan untuk menerima tamu dan acara besar, pringgitan sebagai ruang transisi, dan dalem untuk ruang pribadi dan spiritual," tulis laman tersebut.

Elemen-elemen ini tetap ditemukan dalam rumah-rumah tua di Malang, meskipun telah mengalami adaptasi agar sesuai dengan kebutuhan zaman. Kayu jati, batu bata ekspos, dan atap limasan masih menjadi bahan dan bentuk dominan.

Menariknya, kawasan Kayutangan menjadi simbol hidupnya perpaduan antara gaya kolonial Belanda dan arsitektur lokal Jawa. Sebagaimana dijelaskan laman Ikom Unesa, "Kayutangan menjadi warisan visual ketika tradisi bertemu kolonial." Rumah-rumah di sini menampilkan bentuk kolonial dengan sentuhan tropis dan nilai tradisional.

Pada masa kolonial, arsitek seperti Ir. Thomas Karsten memperkenalkan perencanaan kota simetris dan menghadirkan gaya Art Deco dalam struktur bangunan. Namun banyak elemen lokal tetap dipertahankan, terutama bentuk atap, pemilihan material, dan adaptasi terhadap iklim tropis.

Gaya Nieuwe Bouwen yang kaku dalam bentuk dan warna ternyata bisa berdampingan dengan rumah limasan berteras lebar. Ini menjadi bukti bahwa tradisi tak selalu tertinggal, bahkan bisa memperkaya narasi arsitektur kontemporer.

Dalam prosiding ICONFES, dijelaskan pula bahwa arsitektur rumah Jawa membawa nilai-nilai simbolik yang berkaitan dengan status sosial, kepercayaan, hingga tata ruang spiritual yang harmonis. Hal ini masih terlihat dalam desain rumah adat di beberapa sudut kota Malang.

Tak hanya itu, rumah tradisional Jawa juga mengatur sirkulasi udara dan pencahayaan alami secara cermat, menjadikannya relevan dalam konteks keberlanjutan lingkungan.

Sebagaimana dilaporkan laman Steemit, orientasi rumah dan penempatan elemen berdasarkan arah mata angin menunjukkan bahwa arsitektur tradisional Jawa telah mengenal konsep desain pasif sejak lama.

Namun tantangan tetap ada. Proses modernisasi kota dan kebutuhan ruang urban kadang membuat nilai arsitektur tradisional terpinggirkan. Beberapa rumah lawas diratakan atau dipugar tanpa memperhatikan nilai historisnya.

Menyikapi hal ini, sejumlah komunitas dan arsitek muda Malang mulai mengangkat kembali pentingnya desain rumah berbasis kearifan lokal. Mereka percaya bahwa modernitas tidak harus menghapus tradisi, tapi justru memperkuatnya.

Dengan mengintegrasikan prinsip arsitektur Jawa ke dalam desain masa kini, rumah-rumah di Malang tidak hanya menjadi tempat tinggal, tapi juga medium pelestarian budaya.

Keterhubungan antara manusia, ruang, dan alam yang ditawarkan oleh rumah tradisional Jawa bisa menjadi inspirasi utama bagi arah desain masa depan kota ini.***

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Lazuardi Ansori

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X