Jika ada lomba keikhlasan
Mungkin guru juaranya
Tak pernah kudengar berita unjuk rasa
Meski gaji tak sampai sejuta
Manusia mana yang bisa
Yang tulus ikhlasnya seperti mereka
Emosi dan energi terkuras habis
Tapi kadang masih banyak kritik
Tugas administrasi kadang menggila
Sertifikasi tak semudah yang dikira
Tapi masih dituntut untuk rela
Karena predikat mereka tanpa tanda jasa
Bukan limpahan harta yang mereka pinta Hanya sekedar hak yang semestinya
Semoga saja tak ada mogok kerja
Kalau iya, bagaimana nasib anak kita
3. Puisi ketiga
Derap langkah kakinya di lorong sekolah
Selalu dinanti anak-anak itu
Mereka bersiap duduk di bangku
Sambil menanti sang guru
Senyumnya yang hangat
Memberi ceria di hati anak-anak
Laksana orang tua
Ia mengajar sampai bisa
Lakunya selalu ditiru
Pribadinya selalu digugu
Berusaha tak keliru
Didepan para anak-anak itu
Meski berangkat sebelum jam tujuh
Tak akan tergerus semangat itu
Langkah kakinya diiringi doa
Semoga berkah jalan hidupnya
4. Puisi Keempat
Ada air di ujung matanya
Menatap wajah-wajah lugu di ruang itu Sebentar lagi ia pergi
Demi mengejar asa yang lebih tinggi
Baca Juga: Profil Susanto, Dokter Gadungan RS PHC Surabaya yang Hanya Tamatan SMA, 2 Tahun Palsukan Identitas
Bukan tak mau lagi mengabdi
Tapi hidup bahagia harusnya diraih
Bukan tak senang menjadi guru
Tapi hidup nyaman hak ia juga
Anak-anak tak seriang biasanya
Ada yang hilang dihati mereka
Guru yang baik itu akan pergi
Mereka pinta untuk tetap disini