Mengerti.id - Ahmad Sahroni resmi dinonaktifkan sebagai anggota DPR RI mulai 1 September 2025. Keputusan tersebut diambil oleh DPP Partai NasDem setelah sikap dan pernyataannya dianggap menyinggung masyarakat.
Surat penonaktifan itu ditandatangani langsung oleh Ketua Umum NasDem, Surya Paloh, dan Sekjen Hermawi Taslim. Langkah ini sekaligus menegaskan sikap partai terhadap dinamika sosial dan aspirasi publik yang berkembang.
Sebelumnya, Sahroni juga telah dicopot dari jabatan Wakil Ketua Komisi III DPR RI. Hal ini menandakan bahwa posisinya di parlemen semakin terpojok pasca kontroversi yang menyeret namanya.
Kasus ini sontak membuat sosok Ahmad Sahroni menjadi perbincangan luas. Banyak yang penasaran dengan latar belakang keluarganya, termasuk orang tua yang membesarkannya di Tanjung Priok.
Baca Juga: Istri Ahmad Sahroni Siapa? Profil Biodata dan Agama Feby Belinda yang Jadi Sorotan Publik
Profil Ahmad Sahroni
Ahmad Sahroni lahir di Kebon Bawang, Tanjung Priok, Jakarta Utara pada 8 Agustus 1977. Ia dikenal sebagai pengusaha sukses sekaligus politisi dari Partai NasDem.
Perjalanan hidupnya sering dijadikan inspirasi karena berasal dari keluarga sederhana. Dari tukang semir sepatu, ia berhasil menapaki tangga kesuksesan hingga dijuluki Crazy Rich Tanjung Priok.
Di dunia pendidikan, Sahroni meraih gelar Doktor Ilmu Hukum dari Universitas Borobudur pada tahun 2024. Prestasi ini menegaskan bahwa dirinya tidak hanya sukses secara finansial tetapi juga akademis.
Selain sebagai politisi, ia juga aktif dalam dunia otomotif. Sahroni mendirikan Brotherhood Club Indonesia dan menjabat ketua Ferrari Owners Club Indonesia.
Latar Belakang Keluarga
Ahmad Sahroni tumbuh dalam keluarga sederhana di Tanjung Priok. Ibunya bernama Hernawaty, seorang penjual nasi Padang di kawasan pelabuhan.
Sejak kecil, Sahroni tidak mengenal sosok ayahnya. Orang tuanya berpisah dan sang ayah meninggalkan keluarga saat ia masih sangat muda.
Ia dibesarkan dengan penuh kasih sayang oleh ibu dan neneknya. Keduanya selalu memberi dorongan moral dan nasihat agar Sahroni tumbuh menjadi pribadi mandiri.
Untuk membantu perekonomian keluarga, Sahroni sudah bekerja sejak kecil. Ia pernah menjadi tukang semir sepatu, berjualan es, hingga membantu usaha warung makan neneknya.
Kisah masa kecil yang penuh perjuangan itu membentuk karakternya. Keteguhan hati dan kerja keras membuat Sahroni mampu keluar dari jerat kemiskinan.