Kebijakan AS dan Tiongkok Sebabkan Penurunan Tajam Prospek Energi Terbarukan Global

photo author
- Rabu, 8 Oktober 2025 | 19:20 WIB
Ilustrasi: Prospek energi terbarukan dunia merosot akibat kebijakan baru di AS dan Tiongkok. IEA turunkan estimasi 2030 hingga 900 GW. (pixabay/Michael_Pointner)
Ilustrasi: Prospek energi terbarukan dunia merosot akibat kebijakan baru di AS dan Tiongkok. IEA turunkan estimasi 2030 hingga 900 GW. (pixabay/Michael_Pointner)

Mengerti.id - Prospek pertumbuhan energi terbarukan global mengalami penurunan tajam akibat perubahan kebijakan dan tantangan yang terjadi di Amerika Serikat dan Tiongkok. Menurut laporan Reuters pada Selasa 7 Oktober 2025, Badan Energi Internasional (IEA) memangkas proyeksi kapasitas energi terbarukan dunia menjadi 4.600 gigawatt pada tahun 2030, turun 900 GW dari estimasi sebelumnya sebesar 5.500 GW pada 2024.

Pemangkasan ini menunjukkan bahwa target global untuk melipatgandakan penggunaan energi terbarukan pada 2030 demi menghadapi perubahan iklim kini semakin sulit tercapai.

Penurunan tajam tersebut sebagian besar dipicu oleh kebijakan baru di Amerika Serikat dan Tiongkok, dua negara dengan kontribusi terbesar terhadap sektor energi dunia.

Di Amerika Serikat, perubahan ini terutama disebabkan oleh berakhirnya insentif pajak federal untuk energi terbarukan di bawah kebijakan Presiden Donald Trump yang dikenal dengan sebutan “Big Beautiful Policies”.

Selain itu, pembatasan impor, regulasi ketat terhadap pembangunan proyek energi angin dan surya di lahan federal, serta penundaan proyek angin lepas pantai turut memperburuk situasi.

Sementara di Tiongkok, pemerintah mengubah sistem harga tetap untuk proyek energi terbarukan menjadi mekanisme lelang kompetitif, yang menekan profitabilitas dan memperlambat ekspansi sektor tersebut.

IEA mencatat bahwa prospek pertumbuhan energi terbarukan Tiongkok kini diturunkan 5% dibandingkan tahun lalu, dipengaruhi juga oleh kondisi ekonomi domestik yang melemah dan penurunan tingkat pembangunan proyek baru.

Meski dua negara besar mengalami perlambatan, beberapa wilayah lain menunjukkan perkembangan positif. India, misalnya, berada di jalur yang tepat untuk memenuhi target energi terbarukan 2030 dengan kapasitas yang diproyeksikan meningkat lebih dari dua kali lipat dalam lima tahun ke depan. Wilayah Timur Tengah dan Afrika Utara juga mencatat kenaikan proyeksi sebesar 25%, sementara negara-negara Eropa seperti Jerman, Italia, Polandia, dan Spanyol menunjukkan perbaikan kinerja.

Secara global, investasi dalam energi terbarukan mencapai rekor tertinggi sebesar $386 miliar pada paruh pertama tahun 2025. Namun, di AS, investasi justru turun 36% akibat ketidakpastian kebijakan. Energi surya tetap menjadi pendorong utama pertumbuhan, diperkirakan menyumbang hingga 80% dari total penambahan kapasitas energi terbarukan global hingga 2030.

Menurut laporan Al Jazeera pada Selasa 7 Oktober 2025, perubahan kebijakan di dua ekonomi terbesar dunia ini memicu kekhawatiran bahwa momentum global untuk transisi energi bersih akan melambat signifikan.

Analis menilai, meskipun masih ada pertumbuhan di kawasan lain, kegagalan AS dan Tiongkok mempertahankan laju ekspansi dapat menghambat pencapaian target iklim global yang ambisius.

Dengan proyeksi baru dari IEA, upaya global untuk mengurangi emisi karbon melalui energi terbarukan menghadapi tantangan besar, meskipun sektor ini tetap menunjukkan ketahanan dan inovasi di banyak negara berkembang.***

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Lazuardi Ansori

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X