Mengerti.id - Bali bukan hanya destinasi wisata kelas dunia, tapi juga menjadi tempat impian bagi banyak orang untuk tinggal atau berinvestasi properti. Tak heran jika penawaran jual rumah Bali semakin beragam, mulai dari vila mewah dengan pemandangan laut hingga rumah minimalis di tengah suasana pedesaan yang asri. Lanskap alam yang indah, budaya yang kaya, serta gaya hidup yang santai membuat pulau ini sangat menarik, baik bagi warga lokal maupun ekspatriat. Namun, sebelum kamu memutuskan untuk membeli rumah di Bali, ada beberapa hal penting yang perlu diperhatikan agar investasi atau rencana pindahmu berjalan mulus dan sesuai harapan.
1. Pahami Jenis Hak Atas Tanah
Di Indonesia, terdapat beberapa jenis hak atas tanah yang berlaku, seperti Hak Milik, Hak Guna Bangunan (HGB), dan Hak Pakai. Bagi Warga Negara Indonesia (WNI), kamu bisa memiliki rumah dengan status Hak Milik, yaitu kepemilikan tertinggi yang berlaku seumur hidup dan dapat diwariskan. Namun, bagi Warga Negara Asing (WNA), kamu hanya bisa memperoleh rumah dengan Hak Pakai yang biasanya berlaku selama 30 tahun dan dapat diperpanjang.
Jika kamu adalah WNI yang ingin membeli rumah di Bali, pastikan tanah atau properti yang kamu incar berstatus Hak Milik dan tidak berada di lahan adat atau kawasan konservasi yang tidak bisa diperjualbelikan secara bebas.
2. Cek Legalitas dan Izin Bangunan
Bali memiliki peraturan ketat terkait zonasi wilayah dan izin mendirikan bangunan (IMB), apalagi di kawasan wisata atau dekat pantai. Beberapa wilayah memiliki batasan ketinggian bangunan atau larangan fungsi tertentu, seperti komersial. Pastikan rumah yang ingin kamu beli memiliki IMB, sertifikat yang sah, serta sesuai peruntukannya.
Konsultasikan juga dengan notaris atau ahli hukum properti lokal yang memahami seluk-beluk perizinan di Bali. Jangan mudah tergiur dengan harga murah jika kelengkapan legalitasnya belum jelas.
3. Lokasi Menentukan Segalanya
Sama seperti di kota-kota besar lainnya, lokasi merupakan faktor penentu utama dalam membeli rumah. Di Bali, setiap area memiliki karakteristik yang berbeda. Misalnya, Canggu dan Seminyak populer di kalangan ekspatriat dan digital nomad karena banyak kafe, coworking space, dan akses ke pantai. Ubud cocok untuk mereka yang mencari ketenangan dan nuansa budaya. Sementara Denpasar lebih cocok bagi kamu yang menginginkan akses fasilitas kota dan sekolah.
Pertimbangkan tujuan utama kamu membeli rumah: apakah untuk ditempati, disewakan, atau dijadikan vila liburan. Hal ini akan mempengaruhi pilihan lokasi yang ideal.
4. Harga Properti di Bali Cenderung Dinamis
Pasar properti di Bali mengalami fluktuasi yang cukup tinggi, terutama karena pengaruh sektor pariwisata. Ketika kunjungan wisata meningkat, harga tanah dan rumah ikut melonjak. Namun saat terjadi penurunan kunjungan, misalnya akibat pandemi, harga bisa turun drastis.
Jika kamu berniat untuk investasi jangka panjang, pertimbangkan area yang sedang berkembang namun masih memiliki harga relatif terjangkau. Kawasan seperti Tabanan, Gianyar, atau bagian utara Bali menjadi pilihan yang semakin diminati karena potensi pertumbuhan nilainya dalam beberapa tahun ke depan.
5. Perhatikan Infrastruktur dan Aksesibilitas