Mengerti - Serial dokumenter Netflix “In the Name of God: A Holy Betrayal” telah menjadi perbincangan netizen yang telah menontonnya.
Hal tersebut dikarenakan mengenai tema yang dibawakan dan dianggap tabu yaitu mengenai sekte sesat di Korea yang salah satunya adalah Jesus Morning Star (JMS) dan kisah para pendirinya.
Salah satu yang disorot adalah Jung Myung Seok yang merupakan pendiri JMS beserta kejahatan yang dilakukannya.
Baca Juga: Profil 4 Pemimpin Sekte In The Name of God: A Holy Betrayal, Jeong Myeong Seok hingga Park Soon Ja
Jung Myung Seok dilahirkan dan dibesarkan di Wolmyeongdong-gil, Kabupaten Geumsan, Provinsi Chungcheong Selatan, Korea Selatan.
Pada awalnya merupakan anggota dari Gereja Unifikasi sejak tahun 1970. Dia kemudian mendirikan gereja yang memiliki afiliasi dengan gereja Methodist pada tahun 1980.
Dia lulus dari Seminari Teologi Methodist Wesley pada tahun 1983. Sayangnya dia bukan bagian dari gereja methodist lagi pada pertengahan tahun 1980-an.
Alasan Myung Seok dikeluarkan karena mengkritik gerejanya dan dia mengaku sebagai sang mesias yang telah turun ke bumi.
Dia kemudian menyelesaikan program manajemen eksekutif di sekolah pascasarjana Administrasi, Universitas Chungnam tahun 1998.
Baca Juga: 5 Fakta Menarik In The Name of God: A Holy Betrayal, Serial Dokumenter Sekte Sesat Korea Selatan
Myung Seok juga mendapatkan gelar doktor kehormatan filsafat dari Universitas Internasional Terbuka di bawah UNESCO di Sri Lanka pada tahun 2001.
Hingga tahun 1999, Myung Seok dan pengikutnya kemudian mendirikan sebuah gereja baru yang diberi nama Christian Gospel Mission atau Jesus Morning Star (JMS).
JMS merupakan sebuah gerakan keagamaan kekristenan yang baru yang berkantor pusat di Wol Myeong-dong, Korea Selatan.
Di dalam gereja yang baru didirikan tersebut, dia mendoktrin para pengikutnya akan berbagai ajaran salah satunya adalah menyatakan dirinya sebagai Messias yang telah turun ke bumi.
