Mengerti.id – Kapolri atau Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia dahulunya dikenal dengan sebutan Kepala Djawatan Kepolisian Negara.
Kepolisian sendiri merupakan instansi keamanan negara yang didirikan sejak 1 Juli 1946 dan bertugas sebagai pemelihara ketertiban dan ketentraman masyarakat serta pelindung, pengayom dan pelayanan rakyat Indonesia.
Yang tidak banyak orang tahu siapakah sosok yang menjabat sebagai kapolri pertama? Berikut ini profil dari sosok kapolri pertama sekaligus perjalanan karirnya selama bekerja di kepolisian.
Baca Juga: Haaland Tidak Seperti Monster Dahulu setelah Manchester City Dikalahkan oleh Tottenham
Kapolri pertama dijabat oleh Jenderal Polisi (Purn.) Raden Said Soekanto Tjokrodiatmodjo. Ia resmi menjabat sebagai kapolri pertama sejak 29 September 1945.
Ia merupakan anak sulung dari 6 bersaudara dari pasangan R. Martomihardjo dan Kasmirah. Sang ayah merupakan seorang pamong praja yang berasal dari Purworejo, Jawa Tengah. Sang ibu berasal dari Ciawi, Bogor.
Soekanto lahir di Bogor, 7 Juni 1908. Ia tinggal di Bogor hanya kurang dari satu tahun, kemudian ia mengikuti orang tuanya pindah ke Balaraja, Serang karena sang ayah diangkat menjadi wedana.
Tahun 1910 mengikuti sang ayah, dirinya pindah kembali ke Tangerang. Karena sang ayah merupakan pamong praja membuat kehidupannya sangatlah disiplin.
Baca Juga: Biodata dan Fakta Menarik Park Hyung Sik, Pemeran Putra Mahkota di Drama Our Blooming Youth
Sejak kecil, Soekanto mendapatkan kesempatan untuk memperoleh pendidikan Barat layaknya kaum priyayi. Sebagai anak seorang pamong praja, ia berkesempatan sekolah TK di Frobel School, lalu ELS, HBS dan RHS.
Meskipun sekolah dengan pendidikan barat namun ia tidak terpengaruh budaya barat. Ia tetap memegang teguh jati diri sebagai rakyat Indonesia. Hal ini terlihat ketika ia bersekolah di ELS Bogor.
Nasihat sang ayah untuk tidak mengganti nama Raden Said Soekanto Tjokrodiatmodjo dengan panggilan Belanda juga tetap dilakukan saat bersekolah HBS di Bandung.
Saat kuliah di RHS ia banyak berdiskusi tentang perjuangan kemerdekaan Indonesia dengan dua orang tokoh yaitu Iwa Kusumasumantri dan Mr. Sartono hingga meminta pendapat terkait rencananya pindah ke lembaga pendidikan tinggi kepolisian Comissarisen Cursus.