Pemerintah Tiongkok Larang Unggahan "Kerja Keras Itu Sia-Sia" di Media Sosial

photo author
- Rabu, 24 September 2025 | 13:45 WIB
Ilustrasi: Kampanye "Clean Internet" diperketat dengan target postingan seperti "kerja keras sia-sia" di tengah krisis ekonomi dan pengangguran rekor. (Unsplash/Daniel Romero)
Ilustrasi: Kampanye "Clean Internet" diperketat dengan target postingan seperti "kerja keras sia-sia" di tengah krisis ekonomi dan pengangguran rekor. (Unsplash/Daniel Romero)

Mengerti.id - Otoritas dunia maya Tiongkok kembali mengumumkan langkah besar untuk mengendalikan percakapan di internet. Pada Senin 22 September 2025, Cyberspace Administration of China (CAC) meluncurkan operasi nasional selama dua bulan yang menargetkan konten media sosial yang dianggap "berbahaya" dan "pesimistis".

Menurut laporan Channel NewsAsia, kampanye ini diarahkan pada unggahan yang dinilai menyebarkan pandangan negatif terhadap kehidupan maupun perekonomian. Termasuk di dalamnya adalah klaim seperti "kerja keras itu sia-sia" atau "belajar itu tidak ada gunanya".

Langkah ini muncul di tengah meningkatnya kekhawatiran atas ketidakpuasan generasi muda. Data resmi menunjukkan tingkat pengangguran anak muda mencapai 18,9 persen pada Agustus 2025, rekor tertinggi dalam sejarah Tiongkok.

Dalam pernyataan resminya, CAC menyebutkan tujuan kampanye adalah untuk menekan sentimen yang bisa memicu kekerasan atau permusuhan. Dengan demikian, unggahan yang mempromosikan sikap putus asa akan masuk dalam radar pemantauan. Kampanye ini merupakan bagian dari upaya lebih luas yang disebut "Clean Internet". Program tersebut diluncurkan sejak Juni 2025 untuk menertibkan rumor, gosip, dan konten hiburan berlebihan.

Channel NewsAsia melaporkan bahwa regulator Tiongkok baru saja memberikan tindakan disipliner kepada beberapa platform populer. Pada Sabtu lalu, platform mikroblog Weibo dan aplikasi video pendek Kuaishou dijatuhi sanksi karena dianggap gagal mengendalikan konten selebriti dan hal-hal yang tidak diinginkan.

Tidak hanya itu, Xiaohongshu atau RedNote juga dikenai tindakan serupa pada 11 September 2025. Platform berbasis gaya hidup ini dianggap menampilkan terlalu banyak konten yang bertentangan dengan arahan pemerintah.

China Daily menuliskan bahwa hukuman yang dijatuhkan tidak dijelaskan secara rinci. Meski begitu, tindakan tersebut termasuk peringatan resmi dan kewajiban melakukan koreksi dalam jangka waktu tertentu.

Dengan langkah ini, otoritas berharap perusahaan teknologi lebih serius dalam menyaring konten. Regulator menekankan perlunya sistem yang ketat agar platform tidak hanya fokus pada konten hiburan, tetapi juga mendukung narasi positif tentang pembangunan negara.

Kampanye ini datang di tengah situasi ekonomi yang penuh tantangan. Caixin Global menyoroti bahwa Tiongkok masih menghadapi masalah struktural yang berat, termasuk transisi ekonomi yang belum stabil dan lemahnya daya beli masyarakat. Lonjakan pengangguran anak muda dianggap menjadi cermin rapuhnya fondasi ekonomi saat ini. Banyak analis menilai disrupsi industri tradisional dan persaingan kerja yang ketat membuat generasi muda kesulitan menemukan arah.

Menurut Channel NewsAsia, regulator menilai konten pesimistis di media sosial memperparah rasa frustrasi anak muda. Oleh sebab itu, kampanye dua bulan ini diharapkan mampu mengurangi penyebaran pandangan negatif dan menjaga stabilitas sosial.

Otoritas juga menegaskan pentingnya mempromosikan konten yang sehat, inspiratif, dan edukatif. Dengan begitu, masyarakat diharapkan memiliki semangat lebih positif dalam menghadapi kondisi sulit. Tindakan tegas ini semakin menambah tekanan pada perusahaan teknologi besar di Tiongkok. Mereka harus segera menyesuaikan algoritma dan sistem moderasi konten untuk menghindari hukuman lebih lanjut.

Sementara itu, publik menyoroti bagaimana langkah ini akan berdampak pada kebebasan berpendapat. Sebagian pengguna menilai aturan baru terlalu mengekang ruang ekspresi.

Meskipun pemerintah menekankan pentingnya stabilitas sosial, para pengamat menilai bahwa penghapusan konten pesimistis tidak serta-merta menyelesaikan masalah struktural. Tingginya pengangguran anak muda dan tekanan ekonomi tetap menjadi faktor utama di balik meningkatnya rasa frustrasi.

Dengan diluncurkannya kampanye ini, CAC berharap mampu mengendalikan narasi di dunia maya. Akan tetapi, masih terbuka pertanyaan apakah kebijakan ini bisa benar-benar mengatasi keresahan masyarakat atau hanya menutup ruang bagi suara-suara kritis.***

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Lazuardi Ansori

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X