Meski begitu, yang bekerja menambang batubara tersebut adalah para pekerja paksa dari daerah di luar Sumatera yang dulu disebut dengan Orang Rantai.
Baca Juga: Dimanapun atau di Mana pun? Begini Cara Penulisan Partikel 'pun' yang Benar
2. Ditutup dan Dijadikan Objek Wisata
Setelah Indonesia merdeka, kantor pertambangan tersebut akhirnya dikelola negara melalui PT Tambang Batubara Ombilin (TBO).
Beberapa waktu kemudian PT TBO berubah menjadi anak dari perusahan PTBA UPO yang berpusat di Tanjung Enim, Sumatera Selatan.
Perusahaan pertambangan ini terus beroperasi dari masa ke masa hingga pada sekitar tahun 2000-an aktivitas tambang di perusahaan ini dihentikan total.
Setelah itu, pemerintah Sawahlunto melakukan renovasi besar-besaran agar perusahaan pertambangan batubara penuh sejarah ini dapat dijadikan tempat wisata.
Baca Juga: 6 Ide Jualan Makanan online, Rekomendasi Jualan Bulan Ramadhan yang Minim Modal
3. Menjadi Destinasi Wisata Edukasi Sawahlunto
Pada tahun 2001 pemerintah Sawahlunto menetapkan visi Kota Sawahlunto sebagai Kota Wisata Tambang yang Berbudaya. Dan bekas kantor tambang PTBA UPO adalah salah satu destinasi wisatanya.
Kantor yang dibangun pada 1916 itu kemudian disulap menjadi museum. Satu area dengan Museum Gudang Ransum dan Museum Kereta Api Sawahlunto.
Masih bertema sejarah batubara, ada pula Lubang Mbah Suro yang menampilkan sebuah lubang bekas tambang batubara zaman Belanda .
Lubang ini menjadi saksi bagaimana para pekerja paksa bekerja menambang batubara demi Belanda.
Kata Suro sendiri diambil dari nama seorang mandor para pekerja paksa di zaman Belanda dahulu.