Mengerti.id - Ramadhan diibaratkan sebagai bulan pendidikan bagi orang-orang beriman seperti kita, Ramadhan adalah madrasatul mukminin yaitu sebuah pendidikan atau pembelajaran untuk mencapai satu tujuan. Target yang hendak dicapai dalam madrasah Ramadhan adalah taqwa (la’allakum tattaqun). Sebab taqwa adalah puncak perjalanan kemusliman manusia.
Taqwa lebih tinggi dari nilai kebenaran dan nilai cinta, apalagi dibandingkan dengan tataran norma atau formalitas kultural lain dalam komunitas manusia. Taqwa menghadirkan suasana yang begitu menyejukkan, menentramkan, membahagiakan, yang terletak di garis kemungkinan pertemuan antara hamba-hamba hina seperti kita dengan Allah Yang Maha Mulia.
Untuk mencapai target puasa, yaitu taqwa, setidaknya ada 3 proses yang mesti kita jalani dalam madrasah Ramadhan.
1. Tanqiyah (penyucian atau penjernihan)
Selama Ramadhan, kita mengalami proses penjernihan atau penyucian hari dari noda-noda hitam sebagai akibat dari dosa yang kita lakukan. Imam Al-Ghozali pernah memberikan sebuah ilustrasi, bahwa setiap melakukan dosa maka akan ada noda hitam yang menempel di hati manusia. Besar kecilnya noda itu bergantung pada besar kecil dosa yang dilakukan oleh kita.
Jika hati manusia sudah dipenuhi dengan noda hitam, maka hati manusia menjadi keras seperti batu. Hati yang mengeras seperti batu akan sulit menerima kebenaran meski telah nampak di depan mata. Maka bulan suci Ramadhan adalah kesempatan kita untuk merontokkan noda-noda hitam itu dari hati kita.
Syaratnya, kita harus menjalankan ibadah Ramadhan dengan iman dan ihtisab.
مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
“Barang siapa yang berpuasa di bulan Ramadhan, dengan keimanan dan mengharapkan pahala dari Allah, maka dosa masa lalunya akan diampuni.”
Kalau kita menjalankan ibadah Ramadhan dengan bekal iman dan ihtisab, maka Allah berjanji akan mengampuni dosa-dosa kita. Kalau dosa kita diampuni, maka hati kita akan menjadi bersih. Hati yang bersih dan jernih mudah menerima petunjuk dari Allah subhanahu wa ta’ala.
2. Taqwiyah (penguatan)
Dengan menjalankan ibadah puasa, kita sedang dilatih untuk memperkuat sisi rohaniah. Seperti kita ketahui, dalam diri manusia terdapat dua unsur: unsur tanah dan unsur roh. Unsur tanah menariknya ke bawah, dan unsur roh menariknya ke atas.
Jika unsur tanah mendominasi seorang manusia, maka akan jatuh ke jurang kehinaan yang lebih rendah dari binatang. Sebaliknya, jika unsur roh yang dominan maka manusia akan terangkat ke cakrawala malaikat. Penguatan rohaniah juga terjadi karena intensitas kita berinteraksi dengan Al-Qur’an pada bulan Ramadhan.
Sebab, pada bulan ini salah satu kesunnahan yang diutamakan adalah banyak membaca Al-Qur’an disertai tadabbur, memahami maknanya, merenungkannya, melakukan refleksi dan mengaitkannya dengan keadaan yang nyata dalam hidup kita. Al-Qur’an adalah obat dari hati yang semula lemah menjadi kuat dan kokoh tak tertandingi melebihi semen tiga roda.
3. Tarqiyah (peningkatan)
Dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah, kita harus meningkatkan dan melipatgandakan kebaikan pada bulan Ramadhan. Perintah meningkatkan kebaikan sosial yang biasa kita lakukan hingga sampai pada tataran ihsan. Ketika disakiti oleh orang, dan menurut hukum kita boleh membalasnya secara setimpal tetapi kita lebih memilih memaafkannya, maka itulah ihsan.
Keberhasilan kita dalam menjalani ibadah Ramadhan tidak hanya ditentukan oleh perilaku kita dari sahur sampai berbuka. Tapi juga perilaku di luar jam-jam puasa. Inti dari makna shiyam adalah menahan diri.
Apa gunanya 14 jam menahan lapar dan dahaga tapi tak mampu menahan diri saat dihadapkan dengan makanan yang ada di meja ketika berbuka. Apa gunanya 14 jam menahan lapar dan dahaga tapi tak mampu menahan diri untuk menyakiti sesama dengan tangan atau lidah kita.
Shiyam yang kita lakukan bertujuan agar kita mampu mencapai esensi darinya, yaitu shoum (menahan diri). Sebab prinsip guna menjalani hidup adalah menahan diri, mengendalikan dan menyaring. Prinsip dasar kehidupan bukanlah melampiaskan atau menghabiskan.
Maka menahan diri (shoum) bukan hanya urusan makanan, tapi juga berlaku dalam urusan dagang, berorganisasi, mengurusi kepentingan politik dan sebagainya. Kalau sudah menjadi kepala daerah satu periode, maka untuk mencalonkan diri pada periode kedua pikirkanlah. Apakah itu atas dorongan nurani atau nafsu.
Kalau sudah menjadi kepala daerah selama dua periode, apakah anda bisa menahan diri untuk tidak cawe-cawe dalam urusan yang sama. Atau menahan diri untuk tidak mencalonkan istri, anak atau kerabat anda untuk meneruskan dinasti keluarga.
Marilah gunakan kesempatan Ramadhan dengan sebaik-baiknya, melalui tanqiyah-taqwiyah dan tarqiyah untuk mencapai tingkatan taqwa.***
Artikel Terkait
3 Resep Olahan Telur Sederhana untuk Menu Sahur, Rahasia Hemat Ala Anak Kos di Akhir Ramadhan
Kultum Akhir Ramadhan dengan Tema Taqwa Tujuan dari Puasa: Penuh Hikmah untuk Direnungkan!
Selain Puasa, Simak 7 Amalan Bulan Syawal Setelah Ramadhan, Penuh Keistimewaan untuk Tingkatkan Keimanan