Ombak tersebut ternyata hanya usai sebentar, setelah itu datang ombak susulan yang akhirnya menyeret Habib Ali Al Haddad ke sebuah semenanjung tanpa nama.
Di sisi lain Mbah Priok sudah tidak bernyawa dan Habib Ali masih hidup. Kemudian jasad Mbah Priok dimakamkan di tempat jasadnya ditemukan.
Yakni tempat tersebut kini di jalan Jampea nomor 6, Koja, Jakarta Utara. Untuk pendanda makamnya maka nisan diberi dayung dan periuk di sisi makam.
Baca Juga: Profil dan Biodata Ustadz Abdul Somad, Dai dengan Gelar Datuk Seri Ulama Setia Negara
Pernah Terjadi Sengketa
Di tahun 2010 terdapat peristiwa yang disebut dengan ‘Tragedi Berdarah’ karena lokasi makam Mbah Priok menjadi sengketa oleh PT Pelabuhan Indonesia II.
Ahli waris dari Mbah Priok berusaha untuk mempertahankan lahan tersebut, karena PT Pelabuhan Indonesia II ingin menggusur area makam.
Menurut ahli waris, tanah tersebut merupakan milik mereka berdasarkan surat eigondom atau kepemilikan eksklusif yang berlaku sejak zaman Belanda.
Namun menurut pengadilan negeri kala itu, tanah tersebut memang milik PT Pelabuhan Indonesia II.
Baca Juga: Pasujudan Sunan Bonang, Sejarah Petilasan Sang Wali Jadi Obyek Wisata Religi
Tragedi yang mengerahkan Satpol PP dan melawan oleh warga yang mengeramatkan makam Mbah Priok pun terjadi.
Pada akhirnya makam Mbah Priok tetap ada dan hingga sekarang masih dikunjungi oleh para peziarah.
Adakah Kaitan dengan Penamaan Pelabuhan Tanjung Priok?
Pendapat yang mengatakan bahwa penamaan pelabuhan tanjung Priok yang ada di Jakarta Utara merupakan berasal dari Mbah Priok.