Mengerti.id – Perang Dagang antara Amerika Serikat (US) dengan China nampaknya masih belum selesai. Amerika yang saat ini dipimpin oleh Joe Biden kembali memulai perang dagang dengan China melalui kenaikan tarif impor untuk Negeri Tirai Bambu tersebut.
Kenaikan tarif impor ini dilakukan oleh Biden mulai hari Selasa, 14 Mei 2024. Keputusan ini diambil olehnya setelah menilai adanya persaingan tidak sehat yang dilakukan oleh China terhadap industri dalam negeri Amerika Serikat.
Biden menganggap China curang dengan melakukan subsidi pada industri di sana untuk memproduksi produk dengan skala yang besar, sehingga supply tersebut menjadi banyak dan tidak dapat diserap oleh negara lain. Produk yang tidak dapat diserap tersebut menjadi harga murah di pasaran.
Sebelumnya diketahui bahwa Amerika memiliki ketegangan dengan China di masa pemerintahan Donald Trump yang disebabkan oleh permasalahan yang sama yaitu perang dagang.
Baca Juga: Bank Dunia: Ekonomi Global Diperkirakan Sangat Dekat Memasuki Resesi
Pada tahun 2018 Trump menaikkan tarif impor produk-produk Tiongkok yang dianggapnya merugikan Negeri Paman Sam tersebut. Tidak tinggal diam, Beijing membalas dengan memberikan kenaikan tarif impor kepada US.
Ketegangan antara Washington dan Beijing di masa itu tidak hanya berfokus pada kenaikan tarif impor yang dilakukan oleh masing-masing negara, tapi berlanjut kepada sektor teknologi dan kecerdasan buatan (AI).
Tidak tinggal diam, Negeri panda tersebut pun membalasnya dengan melakukan dedolarisasi atau mengurangi ketergantungan terhadap dolar dengan menggunakan mata uang lokal untuk transaksi dengan negara lain.
Setelah memanasnya perang dagang antara dua negara tersebut akhirnya berhenti pada tahun 2020 setelah Washington dan Beijing mencapai kesepakatan perdagangan fase satu.
Dimana China akan berkomitmen untuk lebih banyak membeli barang dari US dan menyelesaikan permasalahan terkait transfer teknologi.
Perang Dagang yang dilakukan Joe Biden saat ini masuk kedalam fase dua, beberapa barang yang dikenakan tarif impor oleh gedung putih terdiri dari kendaraan listrik, sel surya, peralatan medis, semikonduktor, aluminium, dan baja.
Tarif yang dikenakan Negeri Paman Sam ini beragam, namun biaya kenakan tarif dimulai dari 25 persen hingga 100 persen.
Tidak terima dengan apa yang dilakukan oleh US, China balik menyerang AS dengan melakukan pelarangan ekspor impor serta investasi kepada perusahaan dari amerika yaitu Boeing Defence, General Atomics Aeronautical Systems, dan Space & Security.
Baca Juga: Pengaruh Monopoli dalam Perdagangan, Mengenal Lebih Jauh Tentang Dampak Positif dan Negatif