Google Ungkap Hacker Kirim Email Pemerasan Rp803 Miliar ke Eksekutif Perusahaan Besar

photo author
- Jumat, 3 Oktober 2025 | 09:14 WIB
Ilustrasi: Kasus pemerasan lewat email tuntut Rp803 miliar dari korporasi. Google masih selidiki klaim pencurian data Oracle. (Pixabay/pixabay)
Ilustrasi: Kasus pemerasan lewat email tuntut Rp803 miliar dari korporasi. Google masih selidiki klaim pencurian data Oracle. (Pixabay/pixabay)

Mengerti.id - Google melaporkan adanya kampanye pemerasan yang menargetkan para eksekutif perusahaan besar. Hacker yang mengaku berafiliasi dengan kelompok ransomware Clop disebut mengirimkan email berisi ancaman terkait dugaan pencurian data dari aplikasi Oracle E-Business Suite.

Menurut laporan Reuters pada Kamis 2 Oktober 2025, para hacker menuntut pembayaran tebusan dengan ancaman akan membocorkan data sensitif jika permintaan mereka tidak dipenuhi. Untuk memperkuat ancamannya, mereka menyertakan detail kontak yang terkait dengan situs kebocoran data Clop sebagai sarana negosiasi.

Meski demikian, Google menegaskan bahwa hingga kini klaim para hacker tersebut belum terverifikasi. Perusahaan teknologi itu masih menyelidiki kebenaran dugaan pencurian data yang dijadikan alasan pemerasan.

Dilaporkan oleh TechCrunch pada Kamis 2 Oktober 2025, kampanye pemerasan ini mulai berlangsung sekitar 29 September 2025. Ratusan akun yang diretas digunakan untuk mengirimkan email intimidasi tersebut.

Beberapa akun pengirim disebut terkait dengan FIN11, kelompok kejahatan finansial yang selama ini dikaitkan dengan Clop. Hal ini semakin menguatkan dugaan adanya hubungan antara kelompok peretas dan jaringan ransomware yang terkenal tersebut.

Dalam salah satu kasus yang terungkap, hacker menuntut uang tebusan hingga 50 juta dolar AS atau sekitar Rp803 miliar. Nilai besar ini mencerminkan tingkat ancaman serius yang dilayangkan kepada korporasi besar.

Namun, Google menegaskan kembali bahwa belum ada bukti pasti terkait kebenaran klaim pencurian data dari Oracle E-Business Suite. Investigasi masih terus dilakukan untuk memastikan apakah ancaman tersebut benar-benar berlandaskan data yang diretas.

Penggunaan situs kebocoran data Clop sebagai rujukan kontak negosiasi juga menambah tekanan psikologis terhadap para target. Cara ini dinilai sebagai strategi untuk menciptakan kredibilitas palsu di mata korban.

Google mengingatkan perusahaan-perusahaan besar untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap serangan siber semacam ini. Langkah pencegahan dan verifikasi internal dianggap krusial sebelum merespons tuntutan apa pun.

Fenomena pemerasan berbasis email bukanlah hal baru, namun kampanye kali ini menjadi sorotan karena menargetkan eksekutif level atas yang memiliki akses strategis dalam perusahaan.

Ancaman kebocoran data sensitif dapat menimbulkan dampak besar, termasuk kerugian finansial dan reputasi. Oleh karena itu, perusahaan diimbau lebih sigap dalam memperkuat sistem keamanan siber.

Kasus ini juga menunjukkan semakin kompleksnya lanskap ancaman digital, di mana kelompok hacker menggabungkan teknik rekayasa sosial dengan dugaan pencurian data untuk menekan target.

Seiring investigasi yang masih berlangsung, Google menegaskan pihaknya akan terus memantau perkembangan dan bekerja sama dengan pihak terkait guna melindungi korporasi dari ancaman pemerasan ini.***

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Lazuardi Ansori

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X