Mengerti.id - Presiden Republik Indonesia Prabowo Subianto menegaskan komitmennya untuk memperkuat peran koperasi desa sebagai garda terdepan dalam distribusi hasil pertanian dan perikanan masyarakat. Hal itu disampaikan dalam Forbes Global CEO Conference 2025 yang berlangsung di Jakarta pada Rabu 15 Oktober 2025.
Dalam sesi dialog bersama Chairman dan Editor-in-Chief Forbes, Steve Forbes, Prabowo menjelaskan arah kebijakan ekonomi Kabinet Merah Putih yang berfokus pada pembangunan ekonomi berbasis rakyat. Salah satu langkah nyatanya adalah menjadikan koperasi desa sebagai pusat distribusi hasil panen masyarakat.
Menurut Prabowo, koperasi ke depan tidak hanya akan berfungsi sebagai lembaga simpan pinjam, melainkan juga menjadi pusat kegiatan ekonomi masyarakat dengan dukungan fasilitas modern.
“Saya optimistis. Kami akan mendapat tambahan pasokan protein segar dari desa nelayan. Kami kirim ke koperasi karena kami juga membangun, sudah ada 81.000 koperasi desa. Masing-masing punya gudang, cold storage, mini supermarket, apotek desa, klinik, dll,” kata Prabowo.
Ia menambahkan, setiap koperasi akan dilengkapi dengan dua unit truk distribusi untuk mengangkut hasil panen dan tangkapan nelayan langsung ke pasar agar tidak ada lagi produk yang terbuang.
“Tiap koperasi diberi pembiayaan dua truk. Semua hasil dikirim ke pasar. Tak ada lagi cerita panen busuk tak terserap. Saya pikir ini masa yang menarik bagi Indonesia. Saya senang melihat mimpi/konsep ini menjadi kenyataan saat kita duduk di sini,” ujar Prabowo.
Selain fokus pada penguatan koperasi, Prabowo juga menyinggung kebijakan pemerintahannya untuk membantu petani dan pelaku UMKM yang selama ini kesulitan memperoleh pinjaman baru akibat hutang lama yang belum lunas.
Ia mengingat, banyak keluhan datang dari para petani dan pelaku usaha kecil yang terjebak hutang hingga 25 tahun.
“Saat kampanye, banyak perwakilan petani/UMK datang: ‘Pak, kami tak bisa dapat pinjaman baru karena utang 25 tahun lalu masih tercatat.’ Saya panggil beberapa bankir, kami diskusikan, dan saya paham bahwa setelah 25 tahun, sebagian besar sudah write-off di pembukuan bank. Tentu ada bankir konservatif yang berkata, ‘Tidak bisa, Pak nanti jadi contoh buruk,’” tutur Prabowo.
Namun, menurutnya, negara harus berani mengambil langkah nyata untuk memulihkan ekonomi rakyat kecil. Ia menilai, penghapusan utang lama bukanlah bentuk keringanan semata, tetapi bagian dari strategi besar dalam menggerakkan kembali ekonomi pedesaan.
“Saya bilang orang-orang ini 25 tahun tak bisa bayar karena cuaca buruk, bencana alam, dan sebagainya. Tidak mungkin mereka melunasi. Harus realistis ada yang namanya penghapusan. Kami hapuskan utang,” tegasnya.
Prabowo menekankan, langkah-langkah tersebut diharapkan mampu menciptakan siklus ekonomi yang lebih sehat dan inklusif, di mana petani, nelayan, dan pelaku usaha kecil dapat kembali produktif tanpa beban utang lama.***