Mengerti.id - Rebo wekasan merupakan hari Rabu terakhir di bulan Shafar yang dipercaya sebagai turunnya bencana.
Namun bagi sebagian ulama Yaman, Rebo wekasan justru dianggap sebagai hari yang baik, terutama untuk bermunajat kepada Allah SWT.
Dalam suatu keterangan yang disampaikan oleh Syekh Al Yamani dalam postingan Facebooknya, beliau menulis:
ذَكَرَ الحَبِيبُ عَطَّاس الحَبَشِيُّ رَحِمَهُ اللهُ فِي إِجَازَتِهِ لِلشَّيْخِ إِبْرَاهِيمَ مَجْلَد رَحِمَهُ اللهُ قِرَاءَةَ هَذِهِ الصَّلَاةِ عَشَرَ مَرَّاتٍ آخَرَ يَوْمٍ فِي صَفَرَ وَأَنْ مَنْ قَالَهَا كَانَتْ فِدَاءً لَهُ مِنَ النَّارِ وَهِيَ: اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ النَّبِيِّ الكَامِلِ وَعَلَى آلِهِ صَلَاةً لَا نِهَايَةَ لَهَا كَمَا لَا نِهَايَةَ لِكَمَالِكَ وَعَدَدَ كَمَالِهِ.
Penjelasan dari teks Arab tersebut adalah bahwa disebutkan tentang sebuah shalawat yang sangat dianjurkan untuk dibaca pada hari terakhir bulan Shafar.
Shalawat ini diriwayatkan oleh Al-Habib 'Aththas Al-Habsyi رحمه الله dalam ijazahnya kepada Syaikh Ibrahim Majlad رحمه الله.
Al-Habib menyebutkan bahwa membaca shalawat ini sebanyak sepuluh kali pada akhir bulan Shafar dapat menjadi pelindung dari api neraka.
Teks shalawat tersebut adalah sebagai berikut:
اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ النَّبِيِّ الكَامِلِ وَعَلَى آلِهِ صَلَاةً لَا نِهَايَةَ لَهَا كَمَا لَا نِهَايَةَ لِكَمَالِكَ وَعَدَدَ كَمَالِهِ.
Latin: Allahumma sholli wasallim wabarik 'ala Sayyidina Muhammmadin Nabiyyil kamil, wa'alaa alihi sholatan la nihayata laha kama la nihayata likamalika wa 'adada kamaalihi.
Artinya: Ya Allah, limpahkan rahmat, salam, dan keberkahan kepada Nabi Muhammad صلى الله عليه وسلم sebagai nabi yang sempurna, dan kepada keluarganya dengan shalawat yang tidak memiliki akhir sebagaimana kesempurnaan Allah dan sebanyak jumlah kesempurnaan Nabi Muhammad صلى الله عليه وسلم.
Menyebutkan kesempurnaan beliau tidak hanya terbatas pada shalawat yang kita kirimkan, namun juga menjadi cerminan dari kesempurnaan Allah Ta'ala sendiri yang tidak ada batasnya.
Oleh karena itu, memanjatkan shalawat ini sebanyak sepuluh kali di hari terakhir bulan Shafar memiliki makna yang dalam, sebagai bentuk pengharapan akan keselamatan dunia dan akhirat.
Sebagai umat Muslim, mengamalkan shalawat ini tidak hanya terbatas pada waktu yang disebutkan, tetapi bisa menjadi amalan harian.