Mengerti.id - Para ilmuwan memperingatkan ancaman besar kekurangan air yang bisa berdampak pada ratusan juta orang di seluruh dunia. Sejumlah penelitian terbaru menunjukkan peristiwa kekeringan ekstrem atau "day zero" - saat suatu wilayah benar-benar kehabisan air - akan menjadi semakin sering dan parah.
Menurut laporan Nature Communications yang dirilis Selasa, 23 September 2025, penelitian dari Pusan National University, Korea Selatan, menemukan bahwa 35 persen wilayah rawan kekeringan global berpotensi mengalami krisis air dalam 15 tahun ke depan.
Penelitian ini dipimpin oleh kandidat PhD Vecchia Ravinandrasana bersama Profesor Christian Franzke. Mereka memperingatkan bahwa jika skenario emisi tinggi berlanjut, kondisi ini bisa mengancam sekitar 750 juta orang pada tahun 2100.
Hampir dua pertiga dari populasi yang terdampak diproyeksikan tinggal di perkotaan. Artinya, kota-kota besar di dunia bisa menghadapi risiko serius kekurangan air bersih.
Laporan Mirage News menuliskan kawasan Mediterania menjadi wilayah yang paling rentan. Sebanyak 196 juta penduduk kota di wilayah ini diperkirakan terancam krisis air ekstrem. Rural di Afrika Utara dan Selatan, serta beberapa bagian Asia, juga disebut akan menghadapi dampak yang sangat tidak proporsional dari krisis air global.
"Penelitian kami menunjukkan bahwa pemanasan global menyebabkan dan mempercepat kondisi Day Zero Drought di seluruh dunia," kata Ravinandrasana, dikutip dari Times of India.
Ia menambahkan, bahkan jika target 1,5°C tercapai, ratusan juta orang tetap akan menghadapi krisis air yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Profesor Christian Franzke menegaskan bahwa peningkatan suhu global memberi dampak langsung pada ketersediaan air. Hal ini memicu perubahan pola curah hujan dan memperburuk kondisi kekeringan di banyak wilayah.
Wilayah Mediterania disebut sudah berada di ambang krisis. Saat ini, ada 20 juta orang di kawasan tersebut yang tidak memiliki akses terhadap air minum layak.
Selain itu, 60 persen populasi dunia yang tergolong miskin air juga berada di Mediterania. Kawasan ini memanas 20 persen lebih cepat dibanding rata-rata global, yang memperburuk kondisi.
Para ilmuwan menekankan pentingnya langkah mitigasi segera. Tanpa upaya serius, skenario 2100 bisa menghadirkan bencana kemanusiaan bagi tiga perempat miliar penduduk dunia.
Studi ini juga memperingatkan bahwa tantangan utama akan muncul dari urbanisasi. Kota-kota yang berkembang pesat akan membutuhkan lebih banyak air, sementara sumber daya terus menyusut. Dengan kondisi ini, para peneliti mendesak adanya kebijakan global untuk mengurangi emisi sekaligus memperkuat manajemen sumber daya air.***