Kegiatan tersebut dilakukan tiga kali seminggu dengan pendekatan literasi anak dan dewasa, kelas buta aksara, serta pelatihan bahari berkelanjutan.
Tercetusnya Perahu Pustaka Tolitoli pada tahun 2015 dari inisiatif tiga pemuda lokal sebagai respon atas ketimpangan akses pendidikan di wilayah pesisir dan kepulauan di Tolitoli.
Dengan kondisi geografis yang terdiri dari 43 pulau dengan 13 diantaranya berpenghuni, daerah ini menghadapi berbagai hambatan seperti minimnya fasilitas, tenaga pengajar, hingga tingginya angka buta aksara.
Dhanny kemudian menambahkan, hadirnya program Perahu Literasi dari BRI Peduli menjadi angin segar bagi dunia pendidikan pesisir.
Lebih dari sekadar distribusi buku, Program Perahu Literasi menciptakan ruang belajar yang hidup serta menghidupkan kembali budaya membaca dan menyalakan harapan. Program Perahu Literasi membuktikan bahwa inovasi dan kepedulian dapat menembus batas-batas geografis.
“Program Perahu Literasi adalah contoh nyata bahwa perubahan bisa dimulai dari langkah kecil, asal dilakukan dengan komitmen dan kolaborasi. Karena itu, upaya mencerdaskan anak bangsa tak bisa hanya bergantung pada satu pihak. Diperlukan sinergi antara pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat untuk memperluas dampak gerakan seperti ini,” imbuhnya.
Selain penyaluran Perahu Literasi Tolitoli, BRI Peduli juga melaksanakan Program Literasi Anak Negeri di SD Negeri (SDN) 1 Malaka, Lombok Utara, Nusa Tenggara Barat.
Program Literasi Anak dilakukan dengan berbagai kegiatan yang mendorong kemampuan siswa dalam membaca dan memahami bacaan, meningkatkan kemandirian siswa, serta memperkuat kapasitas tenaga pengajar.***