Rusia Tetap Keras! Tolak Konsesi Perdamaian Ukraina Meski AS Tekan Negosiasi

photo author
- Kamis, 27 November 2025 | 09:48 WIB
ILUSTRASI: Konflik diplomatik memanas saat Rusia kritik keterlibatan Eropa dan pertahankan strategi maksimalis dalam negosiasi perdamaian Ukraina. (Vika_Glitter/pixabay)
ILUSTRASI: Konflik diplomatik memanas saat Rusia kritik keterlibatan Eropa dan pertahankan strategi maksimalis dalam negosiasi perdamaian Ukraina. (Vika_Glitter/pixabay)

Mengerti.id – Rusia menolak membuat konsesi besar terkait kesepakatan perdamaian Ukraina yang diusulkan Amerika Serikat dan Ukraina. Penolakan tersebut muncul meski pemerintahan Trump berupaya menjadi perantara dalam proses perundingan, berdasarkan bahan yang diberikan.

Pejabat Rusia, termasuk Menteri Luar Negeri Sergey Lavrov, mengindikasikan bahwa Moskow kemungkinan akan menolak rencana perdamaian terbaru jika tidak memenuhi “spirit and letter” dari pemahaman yang dicapai selama KTT Alaska pada Agustus antara Trump dan Putin. Dalam konteks ini, Rusia menuntut agar Ukraina dilarang bergabung dengan NATO dan menyerahkan kendali atas sisa wilayah Donbas sebagai syarat dalam kesepakatan perdamaian.

Sikap Rusia menunjukkan ruang kompromi yang terbatas, dengan tuntutan maksimalis yang mempertahankan kepentingan strategis Moskow dalam konflik tersebut. Rusia juga menegaskan keberatan terhadap integrasi usulan Ukraina yang dianggap tidak sesuai dengan tujuan mereka.

Rusia juga menunjukkan penolakannya terhadap keterlibatan Eropa dalam proses negosiasi. Pejabat Kremlin menyebut bahwa usulan dari Eropa tidak membantu serta menyatakan bahwa upaya mediasi sebelumnya, seperti perjanjian Minsk, seharusnya mendiskualifikasi peran Eropa dalam perundingan saat ini.

Rencana perdamaian awal diketahui memiliki 28 poin yang kontroversial karena sangat menguntungkan Moskow. Rencana tersebut dikritik dari banyak pihak, termasuk dari kalangan politik di Amerika Serikat. Dokumen awal itu mengharuskan Ukraina secara drastis mengurangi kekuatan militernya dan melepaskan seluruh wilayah Donbas.

Ukraina kemudian menerima versi revisi dari kesepakatan dengan 19 poin. Dokumen ini menghapus sejumlah persyaratan keras serta membuka kemungkinan keanggotaan Ukraina dalam NATO. Meski begitu, Rusia tampaknya akan menolak versi yang direvisi ini.

Laporan juga menyebut bahwa Rusia mungkin memanfaatkan taktik disinformasi untuk memperpanjang proses negosiasi tanpa benar-benar berkomitmen pada perdamaian. Strategi tersebut memberikan Moskow ruang untuk mempertahankan leverage dalam konflik untuk jangka waktu mendatang.

Penolakan Rusia atas keterlibatan Eropa memperkuat indikasi bahwa Moskow ingin mengendalikan parameter negosiasi secara sepihak. Hal ini menunjukkan keinginan Rusia untuk menentukan format penyelesaian konflik tanpa pengaruh signifikan dari pihak Eropa.

Sumber yang disebutkan pada Bahan 2 berasal dari Fox News terkait laporan mengenai potensi penolakan Rusia terhadap rencana perdamaian yang dianggap tidak sesuai dengan pemahaman dalam pertemuan Alaska tersebut.

Informasi terkait keterlibatan pemerintahan Trump dalam proses ini dan dinamika diplomatik yang berlangsung diperkuat oleh sumber pada Bahan 3 yang berasal dari USA Today. Bahan berita tersebut memberikan konteks mengenai komunikasi dan interaksi yang melibatkan pejabat Amerika Serikat dalam proses diplomasi ini.***

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Lazuardi Ansori

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X