Mengerti.id - Tuan Guru Bajang (TGB) adalah sebutan yang mungkin terdengar asing bagi beberapa orang. Istilah ini memiliki makna yang cukup menarik dan kaya akan sejarah di kalangan masyarakat Indonesia, terutama di daerah Nusa Tenggara Barat.
Tuan Guru Bajang adalah sebuah julukan yang diberikan kepada tokoh agama yang masih muda atau belum menikah. Istilah ini juga bisa merujuk pada gelar yang diberikan kepada seorang pemimpin agama di Nusa Tenggara Barat.
Istilah ini mencuat saat Tuan Guru Bajang Muhammad Zainul Majdi menjadi gubernur NTB selama dua periode dan menjadi sorotan media nasional karena sempat masuk bursa capres dan cawapres Pilpres 2019 lalu.
Gelar Tuan Guru Bajang sering digunakan untuk menyebut pemimpin agama Islam yang memiliki kharisma dan pengaruh kuat dalam masyarakat. Gelar ini sering diberikan kepada mereka yang memiliki kedudukan sebagai guru agama dan pemimpin spiritual, terutama di daerah Lombok.
Asal-usul penggunaan gelar Tuan Guru Bajang memiliki kaitan erat dengan sejarah dan tradisi di daerah NTB.
Sebagaimana dilansir Mengerti.id dari nwdi.or.id, disebutkan jika gelar ini berasal dari zaman kerajaan yang ada di daerah Lombok pada abad ke-19. Pada masa itu, gelar Tuan Guru Bajang diberikan kepada seorang ulama bernama Tuan Guru Zainuddin Abdul Majid.
Tuan Guru Zainuddin Abdul Majid, yang dikenal dengan sebutan Tuan Guru Bajang, merupakan seorang tokoh agama yang memiliki peran penting dalam penyebaran agama Islam di daerah Lombok. Ia juga dikenal sebagai tokoh NTB yang ikut berjuang melawan penjajah Belanda.
Gelar ini diwariskan secara turun-temurun dalam keluarga dan menjadi simbol otoritas spiritual yang diemban oleh keturunan-keturunan beliau.
Baca Juga: Siapa Tuan Guru Bajang Zainul Majdi? Profil dan Biodata: Asal Partai hingga Kasus di KPK
Sebagai sebuah gelar yang dihormati, Tuan Guru Bajang mencerminkan pentingnya peran pemimpin agama dalam masyarakat dan penyebaran agama Islam di Indonesia.
TGB Zainul Majdi
TGB Zainul Majdi beberapa tahun silam pernah menceritakan bagaimana dirinya mendapatkan gelar tersebut.
"Tuan Guru biasanya untuk tokoh agama yang diberikan masyarakat, masyarakat sendiri yang memberikan, nah Bajang, kebetulan pada waktu itu saya yang paling muda," katanya. Ia menyampaikan dalam dialog di Suara Muslim di Surabaya pada tahun 2018 yang lalu.
