Penjelasan Rebo Wekasan dalam Pandangan Aqidah dan Fiqih: Sejarah, Hukum, dan Amalan

photo author
- Selasa, 20 September 2022 | 07:37 WIB
Amalan Rebo Wekasan dalam pandangan aqidah dan fiqih Mazhab Syafi’i (Pixabay/chidioc)
Amalan Rebo Wekasan dalam pandangan aqidah dan fiqih Mazhab Syafi’i (Pixabay/chidioc)

Mengerti.id – Rebo Wekasan pada tahun ini jatuh pada tanggal 21 September 2022 Masehi. Menurut pengertiannya, amalan Rabu Wekasan adalah amalan yang dilaksanakan di hari Rabu terakhir di bulan Safar.

Hukum seputar amalan hari Rabu Wekasan bulan Safar merupakan bulan kedua pada sistem penanggalan Hijriyah, bagi sebagian umat muslim ada yang mempunyai amalan tertentu saat bertepatan pada hari Rabu terakhir di bulan Safar tersebut.

Sementara menurut sejarah, bagi masyarakat Jawa Rebo Wekasan menyebutnya sebagai hari Rabu Wekasan.

Dilansir melalui YouTube IRSSAT Official pada 19 Agustus 2022, bagi sebagian ulama berpendapat dalam setiap tahun pada hari Rabu terakhir bulan Safar, Allah Subhanahu wa Ta'ala menurunkan 320.000 macam bala'.

Baca Juga: Resep Colenak Kekinian dengan Aneka Topping, Bisa jadi Ide untuk Jualan dengan Modal Tipis

Oleh karena itu sebagian umat Islam di Indonesia mempunyai amalan yang menjadi tradisi pada hari tersebut.

Masyarakat mengamalkan amalan tersebut dengan berharap kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala untuk menyelamatkan berbagai macam malapetaka yang akan terjadi pada hari tersebut dan hari-hari setelahnya.

Ritual-ritual tersebut diantaranya adalah berdoa dengan doa tertentu, bersedekah, menjalankan sholat Sunnah, memberikan makan dan minum air yang sudah didoakan.

Ada beberapa hal yang perlu dibahas mengenai masalah Rabu Wekasan ini berdasarkan dua pandangan fiqih terhadap ritual-ritual yang banyak dilakukan pada hari tersebut, yaitu meyakini turunnya bala’.

Adapun kajian tersebut dari sudut pandang aqidah Ahlussunnah Wal Jama’ah dan fiqih Mazhab Syafi’i yang banyak berkembang di bumi Nusantara ini.

Aqidah Ahlussunnah Wal Jama’ah

Hukum meyakini datangnya malapetaka di akhir bulan Safar sebagaimana dijelaskan dalam Hadits Shahih dari Abu Hurairah R.A. Rasulullah Shallallahu Alaihi Wassallam bersabda yang artinya tidak ada penyakit menular tidak ada kepercayaan datangnya malapetaka di bulan Safar.

Baca Juga: Kiat Membuat Cermin Bersih Bersinar: Ikuti Langkah Mudah Ini untuk Membersihkan Cermin

Tidak ada kepercayaan bahwa orang mati itu rumahnya menjadi burung yang terbang Hadits Riwayat Al-Bukhari dan muslim.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Niken Olivia

Sumber: YouTube

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X