Mengerti.id – Belakangan viral beredarnya video penganiayaan Mario Dandy kepada David, anak GP Ansor.
Dalam unggahan video tersebut, Mario Dandy tampak menghajar korban dengan brutal dan tanpa ampun. Meki korban sudah dalam posisi tak berdaya, ia tampak terus menganiaya dengan emosional.
Kemarahan publik tertuju pada pelaku Mario Dandy dan tak habis pikir apa yang memicu tindakan kebrutalan tersebut.
Dilansir dari Antaranews, menurut Reza Indragiri Amriel seorang pakar Psikologi Forensik mengatakan bahwa pola asuh dari orang tua menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi kebrutalan dalam diri Mario.
Peneliti ASA Institute itu menjelaskan pola asuh yang terlalu memanjakan anak sehingga tingkat kemandirian finansial dan sosial anak sangat minimalis. Hal tersebut yang menimbulkan faktor resiko tindakan kekerasannya.
Kendaraan mewah yang difasilitasi orang tuanya di salah satu sisi bisa mendorong rasa percaya dirinya, namun jika terlalu berlebihan akan menimbulkan rasa chauvinistic sehingga menurunkan pemikiran akan konsekuensi tindakannya.
Hal tersebut bisa dianalogikan dengan orang yang membawa senjata yang membuat pemiliknya menjadi impulsif.
Baca Juga: Apa itu Diffuse Axonal Injury? Cedera yang Dialami David Pasca Dianiaya Mario Dandy
Sementara menurut Tokoh Nahdlatul Ulama, Ulil Abshar Abdalla, kekejian tersebut mengingatkan pada Analisa Hannah Arendt yang disebut “banality of evil” atau kejahatan yang menjadi “remeh temeh”.
Menurut Arendt, banality of evil adalah tindakan kejahatan yang tidak ditimbulkan oleh motif yang akarnya dalam semisal ideologi, rasisme, agama atau yang lainnya, melainkan motif yang dianggap orang ‘sepele’.
Contohnya pada kasus Agnes Mario ini, dimana Mario bisa melakukan tindakan brutal hanya karena aduan dari Agnes, pacarnya. Inilah yang disebut oleh Ulil Abshar Abdalla sebagai kejahatan yang dipicu oleh faktor remeh temeh.
“Seseorang melakukan kekerasan yg bisa menghilangkan nyawa orang lain hanya karena “laporan” cewek yg dipacarinya, ini, menurut saya, salah satu bentuk kejahatan yg dipicu karena hal yg remeh, tak masuk akal. Inilah “the banality of evil” yg dimaksud Arendt itu,” jelas Ulil Abshar melalui akun Twitter @ulil pada tanggal 24 Februari 2023.
Baca Juga: Siapa Inisial S? Teman Mario Dandy yang Jadi Tersangka Penganiayaan David
Ada juga yang menganalisa keterlibatan Agnes dalam rangka validasi, yaitu hasrat seseorang agar diakui eksistensinya.