Alasan Diharamkannya Manusia Silver oleh Ulama MUI Sumatera Utara: Salah Satunya Membahayakan Diri Sendiri

photo author
- Sabtu, 31 Desember 2022 | 10:59 WIB
Salah satu alasan diharamkannya profesi manusia silver adalah karena cat yang digunakan dapat membahayakan kesehatan kulit dan badan. (pixabay/@Nika_Akin/)
Salah satu alasan diharamkannya profesi manusia silver adalah karena cat yang digunakan dapat membahayakan kesehatan kulit dan badan. (pixabay/@Nika_Akin/)

Mengerti.id – Menjadikan manusia silver sebagai sebuah profesi sepertinya sudah menjadi hal lumrah di kalangan masyarakat kota.

Manusia silver biasanya berada di pinggir jalan lampu merah, menunjukkan aksinya dengan mengamen, mengemis atau unjuk kebolehan lainnya.

Meskipun manusia silver beraksi ketika lampu merah menyala, namun tentu saja itu menghambat ketertiban lalu lintas karena pengguna jalan harus meladeni mereka di tengah-tegah keramaian kendaraan.

Baca Juga: Waspada! Amoeba Bisa Memakan Otak Manusia

Hal itu tentu menjadi polemik bagi masyarakat yang merasa terganggu dengan keberadaan profesi manusia silver.

Mengganggu ketertiban lalu lintas menjadi salah satu alasan dari ijtima’ ulama MUI di Sumatera Utara yang mengharamkan profesi ini pada tanggal 25-26 November 2022 kemarin.

Selain itu, profesi manusia silver ini tentu membutuhkan pewarna bagi tubuh dan wajahnya. Dan biasanya mereka memakai cat tekstil atau cat sablon yang sejatinya tentu bukan untuk kulit.

Campuran dari cat sablon yang terkena paparan sinar matahari bisa menyebabkan kanker kulit dan membahayakan janin bagi ibu hamil.

Andaikata tidak berlama-lama berjemur di bawah sinar matahari, cat yang dipakai pastinya akan membahayakan kulit dan kesehatan badan karena diperuntukkan untuk bahan tekstil.

Baca Juga: PPKM Dicabut: Menkes Sebut Tes Antigen atau PCR ke Depan Tidak akan Diwajibkan

Dikarenakan hal itulah termasuk dari menyiksa diri meskipun secara tidak langsung, maka diharamkan dalam agama.

Meminta-minta pun di larang karena sejatinya termasuk perbuatan yang dibenci oleh Allah SWT. Sekurang-kurangnya manusia sepatutnya bekerja dengan cara yang benar dengan keahlian apapun yang dimiliki.

Seorang yang fakir miskin saja jika masih diberikan kesehatan badan seharusnya mencari rezeki dengan mengandalkan bakat atau keahliannya, bukan dengan mengemis.

Apalagi seseorang yang dikatakan sudah mampu untuk memenuhi kebutuhan hidup, namun mengemis untuk dijadikan profesi dan memperkaya diri.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Gilang Rafiqa Sari

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X