لَا إِلَهَ إِلّا اللهُ عَدَدَ الدُّهُوْرِ، لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ عَدَدَ أَمْوَاجِ البُحُوْرِ، لاَ إِلَهَ إِلَّا اللهُ عَدَدَ النَّبَاتِ وَالشَّجَرِ، لاَ إِلَه َإِلَّا اللهُ عَدَدَ اْلقَطْرِ وَاْلمَطَرِ، لاَ إِلَهَ إِلَّا اللهُ عَدَدَ لَمْحِ اْلعُيُوْنِ، لاَ إِلَهَ إِلَّا اللهُ خيرٌ مِمَّا يَجْمَعُوْنَ، لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ مِنْ يَوْمِنَا هَذاَ إلِىَ يَوْمِ يُنْفَخُ فِي الصُّوْرِ
Arab-Latin: Lailaha illallah ‘adadad duhur, lailaha illallah ‘adada amwajil buhur, lailalaha illallah ‘adadan nabati wasy syajar, lailaha illallah ‘adadal qothri wal mathor, lailaha illallah ‘adada lamhil ‘uyun, lalilaha illallah khoirum mimma yajma’un, lailaha illallah min yaumina hadza ila yaumi yumfakhu fisy syur.”
Artinya: “Tiada Tuhan yang berhak disembah kecuali Allah sebanyak hitungan masa, tiada Tuhan yang berhak disembah kecuali Allah sebanyak hitungan ombak lautan, tiada Tuhan yang berhak disembah kecuali Allah sebanyak hitungan tumbuhan dan pohon, tiada Tuhan yang berhak disembah kecuali Allah sebanyak tetesan dan air hujan, tiada Tuhan yang berhak disembah kecuali Allah sebanyak kedipan mata, tiada Tuhan yang berhak disembah kecuali Allah lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan, tiada Tuhan yang berhak disembah kecuali Allah mulai hari ini sampai hari ditiupkannya terompet hari kiamat.”
Selain dzikir ini juga disunnahkan membaca dzikir-dzikir yang lain, seperti istighfar, tahmid, tasbih, tahlil, dan sholawat.
Baca Juga: Jadwal Puasa Dzulhijjah Tahun 2024: Niat, Keutamaan, dan Pahala Menghapus Dosa Selama Dua Tahun
2. Haji dan Umroh
Bulan Dzulhijjah adalah bulan khusus untuk melakukan ibadah haji dan umroh. Ibadah ini merupakan ibadah yang mahal, tapi sebanding dengan pahalanya.
Dalam sebuah hadits Rasulullah SAW bersabda: "Antara umroh ke umroh berikutnya menjadi pelebur dosa antara keduanya. Sedangkan haji yang mabrur tidak ada balasan kecuali surga."
Lalu bagaimana dengan orang yang tidak mampu melaksanakan haji dan umroh?
Imam Ibnu Rajab memberikan solusi bagi umat muslim yang tidak mampu haji dan umroh di bulan Dzulhijjah. Beliau mengatakan dalam Kutab Lathaiful Ma'arif halaman 634 sebagai berikut:
مـن لـم يـَستطـع الـوقـوفَ بـعرفـة فـليَقـف عـنـدَ حـدودِ الله الـذي عَـرفـه. ومـن لـم يـستطـع الـمَبيـت بـمُزدلفـة ؛ فـليَبـت عـلـى طـاعـة الله لـيُقربـه ويـُزلفـه. ومـن لـم يـَقـدر عـلـى ذبـحِ هـَديـه بـمنـى ؛ فـليَذبـح هَـواه لـيبلـغ بـهِ الـمُنـى. ومـن لـم يـستطـع الوصـول للـبيـت ﻷنـه بـعيـد فليقـصد رب البـيت ؛فـإنـه أقـرب إلـيـه مـن حـبـل الـوريـد.
Artinya: "Orang yang tidak mampu wuquf di Arafah, maka hendaklah berhenti melakukan larangan Allah yang dikenalinya.
Barangsiapa yang tidak bisa mabit (bermalam) di Muzadalifah, hendaklah bermalam untuk taat kepada Allah agar mendekatkan diri kepada-Nya.
Barangsiapa yang tidak mampu menyembelih hewah hadyah di Mina, maka hendaklah menyembelih hawa nafsunya agar sampai pada tujuan (surga).
Dan barangsiapa yang tidak mampu sampai ke Baitullah karena jauh, maka hendaknya menuju Allah pemilik Baitullah, karena Allah Maha dekat daripada urat lehernya."