Asal Usul Berdirinya Pondok Pesantren Sunan Drajat, Satu-satunya Pondok Peninggalan Walisongo yang Tersisa

photo author
- Senin, 23 Januari 2023 | 18:12 WIB
Potret salah satu tempat pembelajaran dan Masjid Agung yang ada di pondok pesantren sunan drajat (Instagram/@ppsd.or.id)
Potret salah satu tempat pembelajaran dan Masjid Agung yang ada di pondok pesantren sunan drajat (Instagram/@ppsd.or.id)

Mengerti.id – Pondok Pesantren Sunan Drajat adalah podok peninggalan Walisongo yaitu Sunan Drajat. Yang bertempat di Desa Banjaranyar, Kecamatan Paciran, Kabupaten Lamongan, Jawa Timur.

Prof. Dr. KH. Abdul Ghofur atau biasa dipanggil oleh santri nya dengan sebutan Abah Yai Ghofur adalah pengasuh Pondok Pesantren Sunan Drajat, pondok yang menjadi satu-satu nya peninggalan Walisongo yang tersisa sampai saat in.

Dilansir oleh Mengerti.Id dalam ceramahnya yang diunggah di kanal Youtube @Santri Sunan Drajat pada 13 Oktober 2021, pengasuh Pondok Pesantren Sunan Drajat menceritakan asal usul berdirinya pondok pesantren yang memiliki santi lebih dari 1000 santriwan dan santriwati di seluruh Indonesia.

Baca Juga: Biodata Gus Miftah, Profil Lengkap Ulama Gaul Pemilik Pondok Pesantren Ora Aji: Usia, Pendidikan, Pasangan

“Suatu hari ada orang Banjar Kalimantan beliau sudah masuk islam, biasa dipanggil mbah banjar.” Kata Abah Yai Ghofur dilansir oleh Mengerti.Id dari unggahan vido dikanal Youtube @Santri Sunan Drajat pada 13 Oktober 2021.

Mbah banjar dan santri-santrinya akan berangkat ke Surabaya untuk belajar agam ke Sunan Ampel.

Mbah Banjar dan santri-santri nya naik perahu karena zaman dahulu belum ada kapal untuk menuju ke Surabaya.

Kapal Mbah Banjar karam di laut sebelah Desa yang dulunya bernama Desa Njelaq.

“Singkat cerita, santri-santri mbah Banjar hilang entah kemana, lalu mbah banjar sendiri di selamatkan oleh ikan besar, sampai ke pantai desa njelaq.” Lanjut Abah Yai Ghofur.

Baca Juga: Profil Sunan Bonang, Walisongo yang Berdakwah Dengan Seni dan Karya Sastra

Mbah Banjar yang selamat lalu, dirawat oleh lurah di daerah desa njelaq bernama Mbah Mayang Madu.

Mbah Mayang Madu yang ketika itu masih beragama hindu, karena didaerah tersebut belum ada agama Islam.

Ketika Mbah Banjar yang beragama islam dan berprilaku sangat baik saar datang ke rumahnya Mayang Madu, seketika itu Mbah Mayang Madu memeluk agama Islam.

Setelah keduanya beragama islam, Mbah Mayang Madu dan Mbah Banjar membangun masjid yang dinamakan masjid Gendingan.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Gilang Rafiqa Sari

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X