Tempat Masjid tersebut sekarang berada di Baratnya Pondok Pesantren Sunan Drajat.
Baca Juga: Profil Lengkap Sunan Ampel: Biografi, Strategi Dakwah, Wilayah Dakwah, Filosofi, dan Peninggalan
Dinamakan Masjid Gendingan karena Mbah Mayang Madu dan Mbah Banjar mengajarkan Islam dengan Seni Gendingan.
Gending Jawayang digunakan biasanya dengan lagu Pangkur, Pangukir Qur’an dan Kinanti.
Perjuangan Mbah Mayang Madu dan Mbah Banjar tidak sia-sia, karena didesa tersebut banyak masyarakat yang masuk Islam.
Mbah Banjar bercerita, dahulu ingin pergi ke Surabaya menemui Raden Rahmat (Sunan Ampel), Tapi perahu nya terdampar.
Setelah bercerita, Mbah Banjar mengajak berangkat Mbah Mayang Madu untuk menemui Raden Rahmat (Sunan Ampel) untuk meminta kyai yang pintar dan bisa mengajarkan agama Islam disini, di Desa Njelaq.
Baca Juga: Profil Lengkap Sunan Drajat, Wilayah Dakwah, Strategi Dakwah, Filosofi, dan Peninggalan
Sunan Ampel lantas mengutus anaknya sendiri yakni Raden Qosim untuk memperjuangkan ilmu agama Islam di Desa Njelaq.
Raden Qosim lantas dibangunkan Musholla dan sumur oleh Mbah Mayang Madu dan Mbah Banjar, tempatnya yang sekarang digunakan menjadi Musholla Pondok Putri.
Raden Qosim mengajar dengan metode yang sama dengan Mbah Mayang Madu dan Mbah Banjar.
Tapi metode itu tidak langsung berjalan lancar, karena setiap gending dinyanyikan mereka kumpul untuk mendengarkan, dan jika diajak ngaji mereka malah bubar.
Melihat kondisi tersebut, maka Raden Qosim berbicara dan berdoa, bahwa siapapun yang ngaji disini semoga derajatnya ditinggikan.
Baca Juga: Profil dan Biodata Sunan Gresik: Wilayah Dakwah, Strategi Dakwah, Nama Lain dan Makam
Karena masyarakat tahu kalau Raden Qosim Do’a nya makbul, sejak itulah banyak yang kumpul dan mengaji ditempat tersebut.