Mengerti.id - Koin Jagat saat ini tengah mencuri perhatian masyarakat atau menjadi viral, pasalnya bagi siapapun yang berhasil menemukan koin ini dapat ditukar menjadi uang.
Nominal uang yang didapatkan juga beragam, dimulai dari nominal terkecilnya adalah Rp300 samapai dengan Rp1 juta.
Koin Jagat sendiri merupakan sebuah aplikasi pemburu koin yang berada di Playstore dan memiliki official akun instagram yang bernama @jagatapp_id..
Beberapa sumber video di tiktok tengah memperlihatkan antusias warga yang sedang berlomba mencari koin tersebut.
Trendingnya fenomena ini, tidak dapat dipungkiri tengah mulai menua pro kontra dalam lingkup sosial masyarakat itu sendiri.
Bahkan tidak jarang pencarian koin jagat ini menimbulkan kerusakan tanaman atau area wilayah yang dicari maupun mengganggu ketertiban umum.
Hal ini disebabkan oleh, banyaknya massa yang sedang berkerumun dalam satu lokasi tertentu untuk mencari koin yang telah disebar.
“Aplikasi itu sedang viral, Satpol PP akan melakukan penjagaan sehingga jika adanya indikasi para pencari Koin kami lakukan penghalauan. Apabila tidak merusak silahkan, namun jika sampai merusak fasum akan kami tindak,” jelas Irna Pawanti selaku Kepala Bidang Pengendalian Ketentraman dan Ketertiban Umum serta Perlindungan Masyarakat Satpol PP Surabaya yang Mengerti.id kutip dari laman RRI pada tanggal 11 Januari 2025.
Selain itu, Ketua Kadin Surabaya memandang fenomena ini dari sudut pandang positif sebagai inovasi teknologi dalam perilaku sosial ekonomi yang ada lingkup masyarakat modern saat ini.
“saya memandang fenomena ini tidak hanya tren digital sesaat, tetapi juga sinyal dari perubahan dalam perilaku sosial dan ekonomi masyarakat,” terang Ali Affandi selaku Ketua Kadin Surabaya yang Mengerti.id kutip dari Antaranews pada tanggal 11 Januari 2025.
Kelebihan fenomena Koin Jagat
Meninjau dari pro dan kontra fenomena tersebut, sebagai masyarakat hidup diera modern terdapat hal positif dari adanya trendingnya peristiwa ini diantaranya:
1. Perkembangan inovasi teknologi dalam sosial ekonomi, hal ini menjadi kolaborasi faktor sosial dengan ekonomi.