Mengerti.id – Pilpres Amerika Serikat baru saja dilaksanakan, Electoral College sebesar 277 suara diraih oleh calon presiden Donald Trump dari Partai Republik.
Adapun untuk menjadi Presiden Amerika sendiri, diperlukan suara sebesar 270 dari keseluruhan Electoral College yang berjumlah 538 suara.
Berdasarkan jumlah suara yang telah didapatkan, Trump diproyeksikan akan menjadi orang nomor satu di Negeri Paman Sam tersebut.
Atas hal ini, Kamala Harris selaku rival dari calon Partai Republik tersebut harus menerima pil pahit kekalahan untuk meninggalkan gedung putih.
Adapun dalam kontestasi politik ini, Harris selaku calon yang diajukan dari Partai Demokrat hanya mendapatkan 224 suara.
Lantas mengapa dalam pemilihan pilpres US menggunakan Electoral College, apa dan bagaimanakah sistem tersebut dijalankan?
Pengertian Electoral College
Dilansir dari laman US Embassy, Sistem Electoral College adalah proses di mana perwakilan dari setiap negara bagian yang jumlahnya proporsional untuk memilih pilihan presiden.
Pihaknya juga menjelaskan bahwa setiap negara bagian atau Swing State mendapatkan pemilih dengan jumlah berdasarkan representasinya di Kongres.
Adapun proses terbentuknya dewan elektoral ini dimulai dari pemilihan umum akan menentukan para electors untuk mewakili suara masyarakat di Electoral College.
Selanjutnya pada hari pilpres dilaksanakan, pemilih akan berada di pusat kota negara bagian guna secara resmi memilih Presiden Amerika berikutnya.
Adapun dari segi perhitungan, jika kandidat presiden yang menang di suatu negara bagian maka pihaknya akan menerima keseluruhan suara Electoral College pada Swing State tersebut.
Selanjutnya, para elektor yang telah dipilih ini memberikan suara untuk memilih kandidat presiden Amerika Serikat yang tersedia saat ini.
Namun, jika hasil pilpres dirasa imbang atau tidak ada yang memperoleh suara mayoritas absolut, pihak Dewan Perwakilan Rakyat akan menentukan siapa kepala negara berikutnya.