Mengerti.id - Dunia sains kembali dikejutkan oleh temuan yang mengubah pemahaman kita tentang hewan. Kali ini, kura-kura jadi pusat perhatian setelah penelitian dari University of Lincoln mengungkap bahwa mereka memiliki mood jangka panjang seperti manusia.
Dengan menggunakan metode tes bias kognitif, yang biasa digunakan untuk menilai suasana hati manusia, ilmuwan berhasil melihat bagaimana kura-kura merespons situasi berdasarkan pengalaman emosional.
Sebagaimana dilaporkan Mengerti.id dari Times of India, studi ini menggunakan kura-kura kaki merah sebagai subjek. Mereka menunjukkan bahwa lingkungan tempat tinggal sangat mempengaruhi emosi kura-kura.
Hewan yang tinggal di kandang dengan banyak stimulasi seperti benda-benda untuk dijelajahi menunjukkan optimisme saat dihadapkan pada situasi yang belum diketahui hasilnya.
Ini adalah kali pertama metode psikologi kognitif diterapkan secara serius pada reptil. Biasanya, pendekatan semacam ini hanya dipakai untuk mamalia seperti anjing atau primata.
Lebih dari sekadar temuan akademik, hasil ini membuka ruang diskusi etis mengenai bagaimana manusia memperlakukan hewan, terutama reptil yang kerap dianggap “dingin” dan tak memiliki emosi.
Konteks ini penting, terutama di era ketika pemeliharaan hewan eksotik makin populer. Banyak pemilik reptil yang belum sadar bahwa hewan peliharaannya mungkin mengalami stres atau bahkan kesepian.
“Lingkungan yang monoton bisa mempengaruhi emosi hewan, bahkan yang dianggap paling sederhana sekalipun,” ungkap peneliti dalam laporan SciTechDaily.
Bahkan, temuan ini dapat mendorong perubahan regulasi tentang kesejahteraan hewan, agar mencakup juga aspek mental dan emosional.
Di sisi lain, penelitian ini juga memancing ketertarikan publik terhadap dunia psikologi hewan yang lebih dalam. Jika kura-kura saja bisa merasa optimis, bagaimana dengan spesies lain yang selama ini kita anggap tak punya perasaan?
Lebih luas lagi, temuan ini turut memperkuat bahwa semua makhluk hidup memiliki nilai intrinsik, bukan hanya berdasarkan tingkat kecerdasannya.
Ilmu pengetahuan, sekali lagi, menunjukkan bahwa dunia alam jauh lebih kompleks dan layak dihargai dibanding yang selama ini kita kira.
Dengan kata lain, tidak ada makhluk hidup yang benar-benar “tidak merasa.”***
