Penelitian Ungkap Misteri Perbedaan Suhu Drastis di Dua Sisi Bulan

photo author
- Selasa, 30 September 2025 | 20:45 WIB
Ilustrasi: Sisi jauh Bulan penuh kawah lebih dingin drastis, bongkar misteri evolusi Bulan lewat sampel 2024. (pixabay/Ponciano)
Ilustrasi: Sisi jauh Bulan penuh kawah lebih dingin drastis, bongkar misteri evolusi Bulan lewat sampel 2024. (pixabay/Ponciano)

Mengerti.id - Ilmuwan akhirnya berhasil memberikan bukti fisik pertama bahwa sisi jauh Bulan memiliki suhu jauh lebih dingin dibanding sisi dekatnya. Temuan ini dipublikasikan Senin, 22 September 2025, di jurnal Nature Geoscience.

Menurut laporan Gizmodo, penelitian ini menganalisis sampel batuan yang dikumpulkan oleh wahana Chang’e 6 milik Tiongkok pada 2024. Ini merupakan material pertama yang pernah dibawa pulang dari sisi jauh Bulan.

Tim peneliti yang dipimpin Profesor Yang Li dari University College London dan Peking University menemukan bahwa lava purba di sisi jauh Bulan terbentuk pada suhu sekitar 1.100 derajat Celsius. Angka ini tercatat 100 derajat lebih dingin dibanding sampel serupa dari sisi dekat. “Perbedaan dramatis suhu antara sisi dekat dan jauh mantel Bulan telah lama dihipotesiskan, namun studi kami memberikan bukti pertama menggunakan sampel nyata,” kata Li.

Temuan ini berasal dari analisis 300 gram tanah Bulan berusia 2,8 miliar tahun yang dikumpulkan dari Kawah South Pole-Aitken Basin di sisi jauh. Para peneliti menggunakan berbagai teknik, termasuk analisis komposisi mineral, simulasi komputer, serta pencocokan dengan data satelit dari kedua sisi Bulan.

Hasil analisis menunjukkan bahwa perbedaan suhu ini kemungkinan masih bertahan hingga kini. Penyebab utamanya adalah distribusi unsur radioaktif penghasil panas, seperti uranium, thorium, dan kalium, yang tidak merata di interior Bulan.

Unsur-unsur ini, bersama fosfor dan elemen tanah jarang, dikenal sebagai “KREEP”. Mereka lebih banyak ditemukan di sisi dekat, sementara sangat jarang di sisi jauh.

Perbedaan hemisfer Bulan ini sudah lama membingungkan ilmuwan. Sisi dekat didominasi dataran gelap luas akibat letusan vulkanik purba yang menutupi 31% permukaan. Sebaliknya, hanya 1% sisi jauh yang menunjukkan aktivitas vulkanik serupa.

Selain itu, sisi jauh juga memiliki kerak lebih tebal, pegunungan tinggi, dan kawah yang jauh lebih padat. Beberapa teori dikemukakan untuk menjelaskan asimetri ini. Salah satunya, tabrakan asteroid besar di sisi jauh mungkin telah memindahkan material padat kaya unsur radioaktif ke sisi dekat.

Alternatif lain, Bulan mungkin pernah bertabrakan dengan satelit sekunder yang lebih kecil pada masa awal sejarahnya. Atau, tarikan gravitasi Bumi bisa saja memanaskan sisi dekat secara lebih intensif.

Menurut Mirage News, penelitian ini memberi wawasan penting saat badan antariksa internasional bersiap untuk eksplorasi Bulan berikutnya. NASA lewat program Artemis menargetkan wilayah kutub selatan Bulan, area yang diyakini menyimpan jejak paling jelas dari perbedaan termal kuno ini.

Dengan bukti baru ini, pemahaman manusia tentang evolusi Bulan semakin berkembang, sekaligus membuka jalan bagi penelitian lebih lanjut mengenai dinamika panas di benda langit terdekat Bumi ini.***

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Lazuardi Ansori

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Kura-Kura Bisa Optimis? Ini Bukti Saintifiknya!

Kamis, 17 Juli 2025 | 19:35 WIB
X