Teori Baru! Energi Gelap Bukan Konstan, Alam Semesta Punya Memori Kuantum

photo author
- Kamis, 25 September 2025 | 18:49 WIB
Quantum Memory Matrix: teori baru yang jelaskan energi gelap dan materi gelap sebagai fenomena informasi. (Dark Energy Survey)
Quantum Memory Matrix: teori baru yang jelaskan energi gelap dan materi gelap sebagai fenomena informasi. (Dark Energy Survey)

Mengerti.id - Penemuan baru dalam fisika teoretis dan eksperimen terbaru mengubah cara ilmuwan memahami komponen paling misterius di alam semesta. Bukti terkini menunjukkan bahwa energi gelap (gaya yang mendorong ekspansi kosmik) mungkin tidak konstan, melainkan berevolusi seiring waktu.

Menurut publikasi di Proceedings of the National Academy of Sciences, para peneliti menemukan indikasi bahwa percepatan ekspansi alam semesta mungkin melambat. Temuan ini sejalan dengan data yang dikumpulkan dari instrumen Dark Energy Spectroscopic Instrument serta berbagai survei besar lainnya.

Sementara itu, teori radikal bernama Quantum Memory Matrix (QMM) mendapat perhatian besar. Teori ini dikembangkan oleh Florian Neukart dari Terra Quantum bersama Leiden University, dan dipublikasikan dalam beberapa jurnal peer-reviewed tahun ini.

Dalam kerangka QMM, ruang-waktu dianggap tersusun dari "sel memori" diskrit yang menyimpan informasi kuantum dari setiap interaksi, mulai dari pergerakan partikel hingga gaya elektromagnetik. "Alam semesta tidak hanya berevolusi, tetapi juga mengingat," tulis tim peneliti dalam publikasinya. Menurut mereka, apa yang disebut sebagai materi gelap dan energi gelap mungkin sebenarnya adalah fenomena informasi, bukan partikel eksotik atau gaya misterius.

Ketika sel ruang-waktu jenuh dengan informasi, mereka menghasilkan energi sisa yang secara matematis mirip dengan energi gelap. Teori ini juga memprediksi bahwa kumpulan jejak kuantum dapat bertindak seperti materi gelap, memengaruhi gerakan galaksi tanpa perlu partikel baru.

Teori QMM semakin mendapatkan legitimasi ketika Terra Quantum mendemonstrasikan aplikasinya di prosesor kuantum IBM pada Agustus lalu. Metode koreksi error berbasis QMM mencapai fidelitas logis 94 persen—peningkatan 35 persen dibanding teknik sebelumnya—tanpa memerlukan perangkat keras tambahan.

"Kami telah mengambil konsep yang berakar pada gravitasi kuantum dan membuatnya dapat langsung digunakan pada prosesor kuantum masa kini," ujar Neukart, Chief Product Officer Terra Quantum. Terobosan ini menunjukkan bahwa prinsip QMM bisa diuji dan divalidasi menggunakan teknologi yang ada, bukan sekadar teori semata.

Di sisi lain, astrofisikawan Universitas Chicago, Josh Frieman dan Anowar Shajib, mengembangkan model fisika yang menunjukkan energi gelap mungkin terkait dengan partikel axion ultra-ringan yang mulai berevolusi beberapa miliar tahun lalu.

Hasil penelitian mereka, yang diterbitkan di Physical Review D bulan September, menunjukkan kepadatan energi gelap menurun sekitar 10 persen sepanjang sejarah kosmik terbaru.

Menurut laporan University of Chicago, konvergensi berbagai bukti ini mengarah pada pemahaman baru bahwa alam semesta jauh lebih dinamis dan kaya informasi daripada yang dibayangkan sebelumnya.

Jika benar, struktur realitas mungkin tersimpan dalam memori kuantum ruang-waktu itu sendiri, memberi perspektif segar tentang bagaimana kosmos bekerja. Dengan temuan ini, sains modern semakin dekat pada jawaban dari misteri kosmik yang telah membingungkan fisikawan selama puluhan tahun.***

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Lazuardi Ansori

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Kura-Kura Bisa Optimis? Ini Bukti Saintifiknya!

Kamis, 17 Juli 2025 | 19:35 WIB
X