ekonomi-bisnis

CBRE Soroti Tren Flight-to-Quality dan Lonjakan Permintaan Industri di Jakarta

Selasa, 18 November 2025 | 17:41 WIB
Laporan terbaru CBRE menunjukkan pasar properti Jakarta memasuki fase pertumbuhan berkelanjutan dengan tren flight-to-quality dan meningkatnya permintaan pusat data.

Mengerti.id - Pasar properti Jakarta diperkirakan memasuki fase pertumbuhan stabil, ditopang oleh kondisi ekonomi nasional yang kokoh dan perubahan preferensi para penyewa. Dalam Market Outlook terbaru CBRE Indonesia, keterbatasan pasokan baru di segmen primer disebut akan menjaga stabilitas harga sewa, sementara ekspansi ritel berpengalaman dan sektor logistik terus menjadi motor pertumbuhan.

Dalam media briefing perdana CBRE Indonesia pada Selasa, 18 November 2025, Managing Director – Advisory Services Indonesia, Angela Wibawa, menyampaikan bahwa kondisi pasar saat ini menunjukkan tren positif. “Pasar properti Jakarta memasuki fase pertumbuhan berkelanjutan. Pasokan baru yang terbatas di segmen primer akan mendukung stabilitas okupansi dan sewa, sementara perluasan ritel berbasis logistik tetap menjadi pendorong utama,” ujar Angela.

Ia menambahkan bahwa CBRE akan memperluas layanan advisori di Indonesia untuk mendukung klien lokal maupun internasional dalam memahami dinamika pasar yang terus berkembang. Perluasan ini sejalan dengan peluncuran resmi unit Advisory CBRE di Indonesia pada Agustus lalu.

Head of Research & Consultancy CBRE, Anton Sitorus, membuka pemaparan dengan menjelaskan bahwa ekonomi Indonesia telah mencatat pertumbuhan rata-rata 5% dalam lima tahun terakhir, dan tren tersebut diprediksi berlanjut hingga 2027. Target pemerintah mencapai pertumbuhan 6–8% pada 2029 dinilai sebagai bentuk optimisme jangka panjang.

Anton menyebutkan stabilitas ekonomi menjadi fondasi penting bagi berbagai keputusan investasi, mulai dari rencana ekspansi perusahaan multinasional hingga investasi lokal.

Co-Head of Office Services, Judy Sinurat, menuturkan bahwa tren sektor perkantoran kini bergeser. Penyewa tidak lagi mencari ruang berukuran besar semata, tetapi lebih mengutamakan kualitas bangunan, keberlanjutan, serta fleksibilitas ruang. Gedung berstandar hijau dan fasilitas modern menjadi pilihan utama, sejalan dengan kebutuhan ruang kerja yang mendukung produktivitas dan kesejahteraan karyawan.

Sementara itu, Co-Head of Office Services lainnya, Albert Dwiyanto, memaparkan data terbaru sektor perkantoran di Jakarta CBD.

Menurutnya, stok perkantoran mencapai 7,1 juta meter persegi dengan tingkat okupansi 75% dan tarif sewa rata-rata sekitar Rp170.000 per meter persegi per bulan. Pasokan baru yang masuk hingga 2028 hanya sekitar 188.000 meter persegi, kondisi yang mendorong kenaikan harga sewa terutama untuk gedung premium serta memperkuat tren flight-to-quality.

Di luar kawasan pusat kota, Head of Industrial & Logistics Services, Ivana Susilo, menjelaskan bahwa sektor industri dan logistik juga menunjukkan perkembangan signifikan.
Kenaikan aktivitas e-commerce serta peran Indonesia sebagai pusat manufaktur kendaraan listrik mendorong permintaan lahan industri modern dan fasilitas logistik.

Tingkat okupansi kawasan industri tetap tinggi, membuat harga lahan dan sewa logistik bertahan stabil meskipun tekanan permintaan terus meningkat.

Anton Sitorus juga menyoroti transformasi pusat perbelanjaan di Jakarta. Mal kini berkembang dari sekadar tempat berbelanja menjadi pusat gaya hidup yang menggabungkan unsur hiburan, budaya, dan sosial. Konsep retailtainment membuat kunjungan masyarakat meningkat, terutama melalui area pop-up yang dikurasi dan zona gaya hidup yang menarik minat generasi muda.

Mal premium masih memimpin performa industri, sementara mal kelas menengah memperbarui konsepnya agar relevan di era digital dan media sosial.

Angela Wibawa menutup paparan dengan menyampaikan bahwa digitalisasi dan adopsi cloud di Asia Tenggara mendorong pertumbuhan pusat data secara signifikan. Indonesia kini berada pada posisi kedua di kawasan untuk kapasitas pipeline pusat data, dan jumlah pasokan diproyeksikan meningkat sekitar 40% dalam waktu dekat.

Tren ini menunjukkan pentingnya infrastruktur listrik dan kawasan industri dalam mendukung percepatan ekonomi digital Indonesia.***

Terkini

Korea Selatan dan Taiwan Bersatu Hadapi Tarif Chip AS?

Senin, 24 November 2025 | 14:55 WIB