Dengan mengajar agama di sebuah mushola atau langgar sebutan warga setempat Abdul Ghofur rutin memberikan pengajaran kepada santri-santrinya.
Pada tahun 1911, atas bantuan dari warga masyarakat berdirilah masjid dan pondok dengan enam kamar untuk santri-santrinya yang mentap ditempat Abdul Ghofur.
Sejak itulah berdiri pondok pesantren dengan nama Nahdlotut Tholab dipimpin langsung oleh Abdul Ghofur.
Perkembangan pondok pesantren sangat pesat karena santri dari luar daerah berbondong-bondong untuk datang menimba ilmu agama di PP Nahdlotut Tholab.
Baca Juga: Apakah Bisa Sholat Tarawih Sendiri? Ternyata Begini Menurut Ulama
Pada tahun 1920, dibawah kerdinator Roikhuddin berdirilah madrasah pertama di bawah naungan PP Nahdlotut Tholab bernama MI Nahdlatoel Oelama atau MINO.
Pada saat KH Abdul Ghofur menjelang usia senja kepemimpinan pondok pesantren dan madrasah diserahkan kepada kiyai muda Mirzam Sulaiman Zuhdi dan kiyai muda Zubaidi.
Pada tahun 1948, sepulangnya kiyai Zubaidi dari mondok langsung mengganti nama pondok pesantren yang awalnya Nahdlotut Tholab menjadi Mamba’ul Hikam dengan maksud pondok pesantrennya akan tafa’ul dari berbagai hikmah.
Pada tahun 1952, PP Mamba’ul Hikam diselimuti duka mendalam dimana pendiri pesantren KH Abdul Ghofur meninggal dunia.
Pada tahun 1974, seorang tokoh muda sekaligus alumni PP tersebut mengusulkan menggabungkan nama madrasah dan mana pondok menjadi satu nama yaitu PP Mamba’ul Hikam hingga sekarang.***