Apa Itu Paniki? Makanan Khas Manado yang Miliki Khasiat Kesehatan Tapi Dinilai Buruk oleh Taste Atlas

photo author
- Selasa, 21 Januari 2025 | 16:58 WIB
Paniki: Makanan Khas Manado yang Masuk Daftar Terburuk Taste Atlas. (Instagram/@masakanmanado)
Paniki: Makanan Khas Manado yang Masuk Daftar Terburuk Taste Atlas. (Instagram/@masakanmanado)

Mengerti.id - Paniki, makanan khas Manado berbahan dasar daging kelelawar, mencuri perhatian setelah masuk daftar makanan terburuk dunia versi Taste Atlas.

Hidangan ini menempati peringkat ke-37 dari "100 Worst Rated Foods in the World" dengan rating 2,5. Meski dianggap buruk oleh banyak orang, paniki tetap menjadi bagian tak terpisahkan dari tradisi kuliner masyarakat Minahasa.

Makanan ekstrem ini memicu perdebatan karena berbahan dasar kelelawar pemakan buah yang bagi sebagian besar masyarakat global dianggap tidak lazim.

Di sisi lain, masyarakat lokal memandang paniki sebagai hidangan kaya rempah yang tidak hanya lezat, tetapi juga memiliki khasiat kesehatan.

Proses pengolahan yang melibatkan santan dan bumbu khas seperti bawang merah, bawang putih, dan cabai menambah nilai kuliner ini.

Reaksi masyarakat Sulawesi Utara terhadap peringkat tersebut beragam. Sebagian besar tetap bangga akan tradisi kuliner mereka dan menganggapnya sebagai bagian identitas budaya.

Baca Juga: Mengenal B40: Akankah Biodiesel Ini Menjadi Bahan Bakar Masa Depan Indonesia? Begini Penjelasannya

Meskipun, sorotan negatif dari Taste Atlas menunjukkan adanya kesenjangan antara selera global dan apresiasi lokal terhadap makanan tradisional.

Paniki Makanan Khas Manado

Paniki adalah makanan tradisional khas Manado yang berbahan dasar daging kelelawar pemakan buah. Hidangan ini dikenal unik karena bahan utamanya yang tidak biasa serta penggunaan bumbu khas yang kuat.

Proses pembuatannya cukup rumit, dimulai dari membakar kelelawar untuk menghilangkan bulu-bulu halus, lalu dilanjutkan dengan pembersihan dan pemotongan.

Setelah itu, kelelawar dimasak bersama santan dan berbagai rempah seperti bawang merah, bawang putih, serai, jahe, dan daun jeruk.

Proses memasak yang memakan waktu hingga dua jam ini bertujuan agar bumbu meresap sempurna ke dalam daging. Hasil akhirnya adalah hidangan dengan cita rasa gurih, pedas, dan aromatik, yang sering disajikan bersama nasi putih hangat.

Masyarakat Minahasa menjadikan paniki sebagai simbol tradisi kuliner mereka. Hidangan ini sering dihidangkan pada acara-acara khusus, seperti perayaan adat atau pesta keluarga.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Ayu Ratna Sofia Susilawati

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Mengenal Leverage dalam Binance Futures

Jumat, 25 Juli 2025 | 10:46 WIB

Mengenal Reserve Rights Crypto dan Gala Games

Selasa, 11 Februari 2025 | 15:05 WIB
X