Bagi masyarakat lokal, paniki bukan hanya makanan, tetapi juga warisan budaya yang harus dilestarikan.
Penilaian Buruk oleh Taste Atlas
Taste Atlas, platform yang terkenal dengan ulasan kuliner global, menempatkan paniki pada peringkat ke-37 dalam daftar makanan terburuk dunia.
Dengan rating 2,5, hidangan ini dianggap kurang menarik bagi audiens internasional, yang cenderung tidak terbiasa dengan bahan utama seperti kelelawar.
Alasan utama penilaian buruk ini adalah persepsi global terhadap makanan berbahan dasar hewan liar, yang sering dikaitkan dengan risiko kesehatan seperti zoonosis.
Selain itu, bahan utama yang dianggap ekstrem dan tekstur daging kelelawar yang tidak biasa membuat hidangan ini kurang diminati oleh penikmat kuliner internasional.
Namun, masyarakat Minahasa tetap bangga akan hidangan ini dan menilai bahwa penilaian buruk tersebut tidak mencerminkan kualitas sebenarnya dari paniki.
Mereka berpendapat bahwa rasa khas dan keunikan bahan baku justru menjadi daya tarik tersendiri. Sorotan Taste Atlas juga membuka diskusi tentang pentingnya menghormati keberagaman kuliner di berbagai belahan dunia.
Khasiat Paniki
Selain rasanya yang unik, paniki dipercaya memiliki berbagai manfaat kesehatan. Masyarakat lokal sering mengonsumsi daging kelelawar untuk mengatasi masalah kesehatan seperti asma, sakit tenggorokan, dan alergi kulit.
Kandungan senyawa kitotefin dalam daging kelelawar disebut-sebut memiliki efek serupa obat asma, sementara kandungan omega-3-nya diklaim dapat meningkatkan fungsi otak dan mencegah penuaan dini.
Selain itu, paniki dianggap mampu meningkatkan stamina dan gairah seksual, meskipun klaim ini lebih bersifat tradisional daripada berbasis ilmiah. Masyarakat Minahasa juga memanfaatkan daging kelelawar untuk mempercepat pemulihan tubuh setelah sakit.
Namun, penting untuk diingat bahwa konsumsi daging kelelawar juga memiliki risiko kesehatan, terutama terkait dengan potensi penularan penyakit zoonosis.
Oleh karena itu, meskipun kaya manfaat, konsumsi paniki harus dilakukan dengan hati-hati dan mempertimbangkan aspek kebersihan serta pengolahan yang tepat.
Paniki adalah makanan khas Manado yang kaya akan rempah dan manfaat kesehatan, tetapi juga memicu kontroversi karena bahan utamanya yang tidak biasa. Penilaian buruk dari Taste Atlas mencerminkan perbedaan selera antara masyarakat lokal dan audiens internasional.