Perbedaan Kalam Khabar dan Kalam Insya' dalam Ilmu Balaghah, Lengkap dengan Contohnya

photo author
- Kamis, 30 Mei 2024 | 21:06 WIB
Ilustrasi. Perbedaan Kalam Khabar dan Kalam Insya' dalam ilmu balaghah, Lengkap dengan Contohnya (unsplash/@bagasraisr)
Ilustrasi. Perbedaan Kalam Khabar dan Kalam Insya' dalam ilmu balaghah, Lengkap dengan Contohnya (unsplash/@bagasraisr)

Mengerti.id - Dalam ilmu balaghah ada pembahasan tentang kalam khabar dan kalam insya'. Apa perbedaan antara keduanya?

Kalam khabar adalah ucapan yang bisa dinilai benar atau salah. Sedangkan kalam insya' adalah ucapan yang tidak bisa dinilai benar atau bohong.

Contoh kalam khabar seperti: زيد قائم (Zaid berdiri). Ucapan ini boleh dianggap benar, boleh juga dianggap bohong.

Adapun contoh kalam insya' seperti : قم أنت (Berdirah kamu). Ucapan ini tidak bisa dinilai benar atau salah, sebab ini adalah kata perintah.

Lalu apa yang dimaksud dengan suatu kebenaran dalam kalam khabar? Kebenaran yang dimaksud adalah kesesuaian khabar dengan kenyataan.

Sedangkan yang dimaksud kidzib (bohong) adalah khabar yang tidak sesuai dengan kenyataan. Dalam bahasa modern disebut dengan kabar hoax.

Komponen kalam khabar terdiri dari mahkum alaih (yang dihukumi) dan mahkum bih (hukum yang ditetapkan).

Mahkum alaih ini disebut musnad ilaih, sedangkan mahkum bih disebut dengan musnad. Dalam ilmu tata bahasa, musnad ilaih seringkali diistilahkan dengan subjek, sedangkan musnad diistilahkan dengan predikat.

Namun dalam bahasa Arab subjek ini memiliki banyak bentuk. Jika dalam jumlah fi'liyah disebut fail atau naibul fail, maka dalam jumlah ismiyah disebut mubtada'.

Adapun predikat dalam jumlah fi'liyah disebut fiil. Sedangkan dalam jumlah ismiyah predikat ini disebut dengan khabar.

Kalam khabar yang berupa jumlah fi'liyah memiliki faedah huduts, yakni bahwa kata kerja tersebut terikat dengan waktu, seperti waktu lampau (madhi), sedang berlangsung (hal), dan istiqbal (akan datang).

Sedangkan kalam khabar yang berupa jumlah ismiyah tidak terikat oleh waktu. Karenanya, jumlah ismiyah dapat berfaedah istimrar (selamanya).

Contohnya seperti المسجد كبير (masjid itu besar). Maka, makna yang terkandung adalah bahwa masjid tersebut selamanya besar.

Kalam khabar jika ditinjau dari fungsinya maka ada yang berfungsi ifadatul mukhatab (memberitahu lawan bicara), ada juga yang berfungsi lazimul faedah (memberitahu bahwa pembicara tahu).

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Achmad Hudaifi

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Kura-Kura Bisa Optimis? Ini Bukti Saintifiknya!

Kamis, 17 Juli 2025 | 19:35 WIB
X