Mengerti.id - Program stimulus ekonomi nasional yang diumumkan oleh Presiden Republik Indonesia Prabowo Subianto melalui Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto membawa angin segar bagi masyarakat kecil yang hidup dalam keterbatasan.
Salah satu penerima manfaatnya adalah Ainin, perempuan berusia 65 tahun asal Cikini, Jakarta Pusat, yang kini menghadapi kondisi sulit baik secara fisik maupun ekonomi.
“Bahagia banget. Ngebantu banget. Ngebantu kekurangan gitu. Pokoknya benar-benar top,” ujar Ainin dengan nada haru saat ditemui di Jakarta.
Ainin termasuk dalam daftar penerima Bantuan Langsung Tunai (BLT) – Kesejahteraan Rakyat, yakni program tambahan dari Kartu Sembako (BLT reguler) yang bertujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat berpenghasilan rendah.
Program ini memberikan bantuan sebesar Rp300.000 per bulan selama tiga bulan (Oktober–Desember 2025), yang disalurkan sekaligus dengan total Rp900.000 per keluarga penerima manfaat.
Secara nasional, BLT tambahan ini ditujukan bagi 35,49 juta keluarga penerima manfaat (KPM) atau sekitar 140 juta jiwa, dengan asumsi satu keluarga terdiri dari empat anggota — ayah, ibu, dan dua anak. Sasaran utama program ini adalah masyarakat pada desil 1 hingga 4 berdasarkan data Sensus Ekonomi Nasional.
Bagi Ainin, bantuan tersebut datang di saat yang sangat berarti. Dahulu, ia dikenal sebagai pedagang Soto Betawi, mengandalkan tenaganya untuk menafkahi keluarga. Namun nasib berubah ketika ia mengalami pembekuan darah di kaki, membuatnya tak lagi mampu berjalan dan memaksanya menghentikan usaha dagang. Kini, ia bergantung pada anak laki-lakinya yang bekerja sebagai juru parkir di sekitar tempat tinggal mereka.
“Saya dulu dagang. Semenjak kaki nggak bisa jalan, ya sudah, jadi andalan dari anak,” tuturnya.
Uang bantuan sebesar Rp900 ribu itu akan digunakan Ainin untuk kebutuhan rumah tangga serta membantu biaya pengobatan yang rutin ia jalani.
“Kalau ada bantuan, ya buat ongkos berobat paling baik kebutuhannya,” katanya.
“Supaya kaki saya bisa sembuh lagi, biar nggak jadi beban anak. Rumah sakit mondar-mandir, ambil darah, pindah rumah sakit lagi. Mudah-mudahan saya bisa kebantu,” ujarnya penuh harap.***