Kepala Bundesbank Desak Eropa Bersikap Lebih Tegas terhadap Tiongkok

photo author
- Minggu, 19 Oktober 2025 | 08:44 WIB
Eropa diminta memperkuat posisi dagang dengan Tiongkok melalui kebijakan yang lebih ofensif, berlandaskan prinsip keadilan dan akses pasar yang setara. (bundesbank.de)
Eropa diminta memperkuat posisi dagang dengan Tiongkok melalui kebijakan yang lebih ofensif, berlandaskan prinsip keadilan dan akses pasar yang setara. (bundesbank.de)

Mengerti.id - Presiden Bundesbank, Dr. Joachim Nagel, menyerukan agar Eropa mengambil sikap yang lebih tegas dan ofensif dalam hubungan dagangnya dengan Tiongkok guna melindungi kepentingan ekonomi kawasan serta perusahaan-perusahaan Eropa. Pernyataan ini disampaikan pada Sabtu, 18 Oktober 2025, dalam wawancara yang dikutip oleh Reuters.

Nagel menegaskan bahwa Eropa memiliki kekuatan ekonomi besar dan pasar domestik yang luas, sehingga seharusnya memiliki kepercayaan diri untuk menggunakan kekuatan tersebut dalam negosiasi perdagangan internasional. Ia menilai bahwa pendekatan yang terlalu defensif selama ini membuat Eropa kurang optimal dalam memperjuangkan akses pasar yang adil di Tiongkok.

“Eropa harus bertindak lebih percaya diri. Kita memiliki ekonomi yang kuat dan daya tawar besar di pasar global,” ujar Nagel. “China membutuhkan Eropa lebih dari Eropa membutuhkan China. Ini harus menjadi dasar bagi kebijakan perdagangan yang lebih tegas.”

Meskipun mendukung sikap yang lebih keras, Nagel juga mengingatkan agar Eropa tetap menjaga dialog terbuka dengan Beijing dan menghindari terjadinya perang dagang yang dapat merugikan kedua belah pihak. Ia menilai keseimbangan antara ketegasan dan diplomasi menjadi kunci dalam mempertahankan stabilitas ekonomi global.

Pernyataan Nagel sejalan dengan posisi Komisi Eropa yang menekankan pentingnya prinsip resiprositas dan akses pasar yang setara dalam hubungan ekonomi antara Uni Eropa dan Tiongkok. Komisi Eropa selama beberapa tahun terakhir telah memperketat pengawasan terhadap subsidi industri dan praktik dumping yang dilakukan oleh perusahaan Tiongkok.

Bundesbank menilai bahwa strategi baru ini bukan bertujuan untuk memutus hubungan ekonomi dengan Tiongkok, melainkan untuk memastikan adanya persaingan yang adil di pasar global. Langkah ini juga diharapkan dapat memperkuat kemandirian ekonomi Eropa di tengah meningkatnya rivalitas geopolitik antara Tiongkok dan Amerika Serikat.

Nagel menyebut bahwa ketergantungan Eropa pada Tiongkok, khususnya dalam sektor manufaktur dan bahan baku, harus dikurangi secara bertahap. Ia menyoroti perlunya diversifikasi rantai pasok dan peningkatan investasi di dalam negeri agar Eropa tidak terlalu rentan terhadap tekanan ekonomi dari luar.

“Selama kita terlalu bergantung pada satu mitra dagang, kita akan selalu berada dalam posisi lemah,” katanya. “Eropa perlu memperkuat basis industrinya sendiri, terutama dalam bidang teknologi tinggi dan energi bersih.”

Ia juga menggarisbawahi bahwa kebijakan perdagangan harus digunakan sebagai alat strategis, bukan hanya sebagai mekanisme ekonomi. Menurut Nagel, Eropa memiliki peluang besar untuk memimpin dalam bidang standar industri global, termasuk teknologi hijau dan regulasi digital.

Bundesbank memperkirakan bahwa ketegangan dagang antara Eropa dan Tiongkok dapat meningkat dalam jangka pendek, terutama jika Uni Eropa memperluas langkah-langkah tarif terhadap produk-produk Tiongkok yang dianggap merusak pasar. Namun, Nagel optimistis bahwa dialog ekonomi yang berkelanjutan masih dapat menjaga keseimbangan hubungan bilateral.

Pernyataan ini muncul di tengah meningkatnya kekhawatiran di kalangan industri Eropa terhadap praktik perdagangan tidak adil yang dilakukan oleh perusahaan Tiongkok, seperti subsidi tersembunyi dan transfer teknologi paksa. Beberapa perusahaan Eropa juga mengeluhkan sulitnya menembus pasar Tiongkok karena hambatan birokrasi dan regulasi yang diskriminatif.

Nagel menilai, tanpa kebijakan yang lebih agresif, Eropa berisiko kehilangan posisi strategisnya di panggung perdagangan global. “Kita tidak boleh menjadi penonton dalam permainan ekonomi dunia yang semakin kompetitif,” ujarnya tegas.

Ia juga mengingatkan bahwa langkah-langkah ini perlu dilakukan secara kolektif di tingkat Uni Eropa, bukan oleh negara secara individual. Pendekatan bersama akan memberikan kekuatan negosiasi yang lebih besar bagi blok ekonomi tersebut.

Bundesbank menegaskan bahwa langkah tegas terhadap Tiongkok bukan berarti menutup pintu bagi kerja sama, melainkan untuk memastikan hubungan dagang yang berkeadilan dan berkelanjutan. Dengan sikap yang lebih strategis dan terukur, Eropa diharapkan dapat menjaga keseimbangan antara kepentingan ekonomi dan kedaulatan industrinya.***

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Lazuardi Ansori

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Korea Selatan dan Taiwan Bersatu Hadapi Tarif Chip AS?

Senin, 24 November 2025 | 14:55 WIB
X