- Menerbitkan surat kabar sendiri yang dipercayakan kepada pengurus PPPI. Beranggotakan Nyi Hadjar Dewantara, Ali Sastroamidjojo, Nona Ismudiyati, Nona Budiah, dan Nona Sunaryati.
- Mendirikan studiefonds untuk menolong gadis-gadis tidak mampu.
- Memperkuat pendidikan kepanduan putri.
- Mencegah perkawinan anak-anak.
- Mengirimkan mosi kepada pemerintah agar:
(a) Secepatnya diadakan fonds bagi janda dan anak-anak
(b) Tunjangan bersifat pensiun (onderstand) tidak dicabut
(c) Sekolah-sekolah putri diperbanyak.
- Mengirimkan mosi kepada Raad Agama agar tiap talak dilakukan secara tertulis sesuai dengan peraturan agama.
PPPI mengalami perubahan nama beberapa kali, pada tahun 1929 PPPI berubah nama menjadi “Perikatan Perkumpulan Istri Indonesia” atau disingkat PPPI.
Pada tahun 1935, organisasi ini berganti nama menjadi “Kongres Perempuan Indonesia” dan pada tahun 1946 diubah kembali nama salah satu perkumpulan bersejarah bangsa Indonesia ini menjadi “Kongres Wanita Indonesia” atau lebih dikenal sebagai KOWANI sampai saat ini.
Penetapan 22 Desember sebagai hari ibu sendiri dilakukan pada Kongres ketiga pada tahun 1938 di Bandung.
Pada tahun 1959, Presiden Soekarno melalui Dekrit Presiden No. 316 tahun 1959 menetapkan bahwa tanggal 22 Desember adalah Hari Ibu dan dirayakan secara nasional hingga saat ini.***