Mengerti.id - OpenAI mencatat pertumbuhan pendapatan signifikan pada paruh pertama 2025, dengan menghasilkan sekitar Rp69,1 triliun (4,3 miliar dolar AS). Di saat yang sama, perusahaan ini juga menghabiskan Rp40,2 triliun (2,5 miliar dolar AS) dalam bentuk arus kas keluar.
Menurut laporan The Information pada Senin 29 September 2025, angka pendapatan ini menunjukkan kenaikan 16% dibandingkan total pendapatan sepanjang tahun 2024. Dengan capaian tersebut, OpenAI diproyeksikan mampu meraih target Rp209 triliun (13 miliar dolar AS) pendapatan penuh tahun 2025.
OpenAI kini memproses lebih dari 3 miliar interaksi pengguna setiap hari melalui layanan ChatGPT. Layanan ini disebut telah melayani sekitar 700 juta pengguna aktif mingguan. Pengeluaran besar-besaran OpenAI dalam enam bulan pertama terutama digunakan untuk riset dan pengembangan teknologi kecerdasan buatan, serta operasional ChatGPT.
Laporan menyebut, proyeksi pengeluaran OpenAI meningkat drastis. Perusahaan kini memperkirakan total arus kas keluar mencapai Rp1.846 triliun (115 miliar dolar AS) hingga tahun 2029, naik Rp1.284 triliun (80 miliar dolar AS) dari estimasi awal tahun ini.
Dari jumlah tersebut, Rp2.409 triliun (150 miliar dolar AS) dialokasikan untuk biaya inference saja antara tahun 2025 hingga 2030. Selain itu, miliaran dolar lainnya dipakai untuk melatih model baru serta membangun pusat data khusus.
Persaingan di sektor AI juga makin ketat. Rival utama OpenAI, yaitu Anthropic, baru saja mencapai pendapatan run-rate Rp80 triliun (5 miliar dolar AS). Mereka juga terus memperluas jaringan global dengan meluncurkan Claude Sonnet 4.5 yang diklaim melampaui model OpenAI di benchmark pemrograman.
Microsoft sebagai investor terbesar OpenAI, dengan komitmen lebih dari Rp209 triliun (13 miliar dolar AS), dilaporkan oleh Reuters pada Selasa 30 September 2025 telah mencapai kesepakatan restrukturisasi dengan perusahaan tersebut.
Kesepakatan ini memungkinkan OpenAI beralih ke struktur perusahaan berorientasi profit dan membuka peluang menjalin kerja sama dengan penyedia cloud lain seperti Oracle. Perubahan ini menandai pergeseran dari hubungan eksklusif mereka sebelumnya.
Valuasi OpenAI terus melonjak. Dalam penjualan saham sekunder terbaru, valuasi perusahaan mencapai sekitar Rp8.030 triliun (500 miliar dolar AS), naik dari Rp4.818 triliun (300 miliar dolar AS) di awal tahun.
Pada September 2025, OpenAI menyelesaikan penjualan saham karyawan senilai Rp165,6 triliun (10,3 miliar dolar AS) dengan partisipasi investor besar seperti SoftBank dan Dragoneer Investment Group.
Meski tingkat pembakaran kas begitu besar, OpenAI tetap mempertahankan proyeksi pertumbuhan ambisius. Target mereka adalah mencapai pendapatan tahunan Rp3.212 triliun (200 miliar dolar AS) pada 2030.
Namun, para analis mulai meragukan keberlanjutan tren ini. Beberapa pihak membandingkan lonjakan pengeluaran infrastruktur AI dengan gelembung dot-com di awal 2000-an. Jika skenario tersebut terulang, keberlangsungan pertumbuhan OpenAI akan menjadi ujian besar bagi industri teknologi global.***