Mengerti.id – Semakin betambahnya zaman Teknologi dan Ilmu Pengetahuan tentunya semakin hari semakin maju, termasuk berbagai terobosan baru semakin bermunculan guna mempermudah pekerjaan agar lebih efisien.
Tak mau kalah, petani juga sebagian besar di wilayah Indonesia sudah melakukan terobosan baru dalam bidang Pertanian.
Berdasarkan informasi yang dihimpun oleh tim Mengerti.Id dari website resmi Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Pemerintah, Kabupaten Bojonegoro disebutkan bahwa Desa Karangdayu yang merupakan Desa yang terletak di Kecamatan Baureno, Kabupaten Bojonegoro menjadi salah satu Desa dengan penghasil tanaman Padi yang cukup besar.
Baca Juga: Peringati Imlek 2023! Intip Olahan Lezat Berbahan Dasar Jeruk: Mulai dari Es Jeruk hingga Ayam Pedas
Luas lahan sawah sendiri mencapai 333 ha dan lahan Tegal 56 ha, tetapi dengan luas sawah sebesar itu, petani tersebut tidak bisa memaksimalkan, karena petani hanya bisa panen 2 kali dalam 1 tahun, yaitu pada fase MT I dan MT II.
Maka dari itu, untuk memaksimalkan panen sampai ke Fase MT III, petani mencari terobosann baru.
Terobosan yang dimaksud adalah penerapan sistem penanaman padi secara terapung.
Baca Juga: Instruksi PBNU, Rangkaian Acara, hingga Puncak Peringatan Akbar 1 Abad NU 7 Februari 2023
Tentu bukan hal mudah dalam mempraktekan hal baru tersebut, petani perlu memperhitungkan hal-hal teknis yang memungkinkan mereka tidak rugi saat panen.
Dalam penerapan padi apung sebenarnya ada kelebihan dan kekurangannya, berikut penguraiannya:
Kelebihan Padi Apung
1. Lebih produktifnya lahan Pertanian di tempat tersebut, karena hal tersebut adalah momen terpenting yang dicari oleh Petani, memaksimalkan lahan pada saat fase MT III (Musim Penghujan).
2. Menghemat pengeluaran, karena penerapan Padi Apung Petani tentunya tidak memerlukan biaya perawatan yang biasa digunakan untuk rumput, penyiraman air, dan yang paling utama petani tidak usah mengeluarkan keringat guna membajak sawah.