Kiprah Orang Palembang: Reformasi dan Kebangkitan 'Wong Kito Galo'

photo author
Lazuardi Ansori
- Sabtu, 11 November 2023 | 14:27 WIB
Palembang  (foto: Pixabay)
Palembang (foto: Pixabay)

Solidaritas yang kuat

Memang, harus kita akui, potensi sumber daya alam di Sumatera Selatan juga sangat besar. Ada kilang minya di Plaju yang memproduksi bahan bakar minyak mencapai 1,6 juta-1,7 juta barel per bulan. Kilang minyak di Plaju merupakan yang tertua di Indonesia. Usianya melebihi 100 tahun.

Belum lagi tambang batu bara yang berlimpah. Menurut data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), dari total sumber daya batu bara nasional sebesar 149,01 miliar ton, Sumsel berkontribusi sekitar 43 miliar ton. Adapun cadangan batu bara nasional yang mencapai 36,60 miliar ton, Sumsel menyumbang 9,3 miliar ton.

Seharusnya dengan mengandalkan potensi tambang yang ada yang didukung dengan perkebunan karet dan kelapa sawit, Sumsel sepatutnya mampu berkembang. Wajah Kota Palembang sebagai sentra pergerakan ekonomi sepantasnya lebih hidup.

Akan tetapi, faktanya jauh panggang dari api. Kondisi ini menimbulkan kegelisahan yang luar biasa di kalangan orang Palembang. Mereka menyadari perlu sebuah terobosan yang luar biasa agar perekonomian Sumsel dan Palembang bisa bertumbuh signifikan dan signifikan. Bahkan, Palembang perlu menjadi kota bertaraf internasional.

Pilihan kemudian jatuh pada even olahraga. Berkat kecerdikan para pemimpinnya yang terus-menerus melakukan pendekatan ke pemerintah pusat dan berbagai pihak, Kota Palembang pun menjadi tuan rumah. Mereka juga mampu mengapitalisasi kegiatan bertaraf nasional dan internasional sebagai momentum mempercepat pergerakan dan pertumbuhan ekonomi di wilayah itu.

Faktanya seperti yang kita lihat saat ini. Kota Palembang telah berkembang menjadi salah satu kota besar di Indonesia dan dunia. Popularitasnya menggema ke seluruh dunia. Hal ini menjadi magnet besar bagi investor kelas kakap dan wisatawan.

Semuanya bisa terwujud dengan optimal berkat solidaritas yang kuat sesama Wong Kita Galo. Semangat saling mendukung tanpa membedakan aliran politik, agama, suku dan lainnya subur berkembang dalam segala urusan. Jika semangat ini selalu terjaga, maka Wong Kito Galo akan selalu terdepan dalam memajukan negeri ini.

JANNES EUDES WAWA (Wartawan Senior)

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Lazuardi Ansori

Rekomendasi

Terkini

Menjadi ASN, Kebanggaan atau Pengabdian?

Minggu, 26 Oktober 2025 | 22:31 WIB

Paskibraka Dilarang Berjilbab dan Residu Orde Baru

Senin, 19 Agustus 2024 | 06:51 WIB

Cinta Kasih: Meminum Air dari Kamar Mandi

Rabu, 20 Maret 2024 | 12:02 WIB

Pemilih Gibran dan Bocah ke Sekolah Tak Pakai Helm

Kamis, 22 Februari 2024 | 09:34 WIB

Mahkamah Keluarga dan Menanti Serangan Balik Gibran

Senin, 16 Oktober 2023 | 22:39 WIB

Hiperealitas dan Fanatisme Penggemar K-Pop

Selasa, 30 Mei 2023 | 12:49 WIB

Aremania, Yang Terbaik itu Kini Terbalik

Kamis, 2 Februari 2023 | 07:11 WIB

Pancasila Tergembok di Kamar Pengap

Sabtu, 1 Oktober 2022 | 09:01 WIB
X