Mengerti.id – Istilah guilt tripping mungkin terdengar asing oleh sebagian orang. Guilt tripping adalah salah satu bentuk komunikasi verbal dan nonverbal yang tidak baik dan harus dihindari.
Perilaku guilt tripping adalah salah satu bentuk manipulasi yang mungkin tidak kita sadari. Itulah sebabnya mengapa guilt tripping harus dihindari apalagi jika menjalin hubungan dengan pasangan.
Guilt trip dibedakan menjadi empat jenis, yaitu manipulatif, penghindaran konflik, pendidikan moral dan membangkitkan simpati.
Baca Juga: Iradah, Salah Satu Sifat Wajib Bagi Allah: Apa Arti dan Dalilnya?
Beberapa ciri dari perilaku guilt trip yaitu memberikan komentar atau melakukan tindakan seolah-olah korbannya tidak melakukan hal yang lebih baik dari yang pelaku kalukan.
Kemudian, mengungkit kesalahan yang pernah dilakukan korbannya di masa lalu, mengacuhkan korban ketika ingin menuntaskan perkara, membuat korban merasa balas budi, memberikan komentar sarkas.
Melakukan komunikasi pasif-agresif, melakukan silent treatment, mengungkit pengorbanan atau kebaikan yang telah dilakukan si pelaku agar korban merasa gagal.
Menggunakan bahasa tubuh yang mengindikasikan kekecewaan atau rasa tidak suka seperti cemberut atau menghela nafas.
Menunjukan perilaku sedang marah, namun ketika ditanya oleh korban si pelaku tidak mau mengakui bahwa dia sedang marah.
Baca Juga: Hiatus Adalah Apa? Ini Makna Istilah yang Populer di Media Sosial
Contoh kalimat dari guilt tripping yang mungkin sering didengar oleh anak muda adalah “aku sudah banyak berkorban demi kamu, tapi kenapa kamu malah ninggalin aku?”
Hal tersebut mungkin sering terdengar ketika sedang memiliki konflik bersama pasangan.
Jadi, guilt tripping adalah sebuah komunikasi dibentuk untuk memanipulasi lawan bicara agar lawan bicara tersebut merasa bersalah dan mau bertanggung jawab atas perbuatan yang pernah dilakukannya ataupun perbuatan yang tidak pernah dilakukan.
Tanda ketika menjadi korban guilt trip: