Mengerti.id - Akhir-akhir ini masyarakat disibukkan oleh berbagai macam pemberitaan yang negatif . Mulai dari berita covid-19 yang belum selesai, ancaman PHK, hancurnya saham Startup dan baru baru ini Resesi Ekonomi di tahun 2023.
Mengenai Resesi Ekonomi di tahun 2023, banyak influencer banyak influencer yang menyebar ketakutan soal ancaman resesi tersebut. Walaupun begitu masyarakat Indonesia belum terlalu memperdulikan masalah resesi tersebut.
Awal mula kabar soal Resesi ekonomi telah lebih dulu diutarakan oleh Presiden Joko Widodo ketika meresmikan groundbreaking pabrik pipa KIT di batang, Jawa Tengah pada bulan Oktober 2022 yang lalu.
Baca Juga: Apa Itu Resesi? Ini Arti dan Dampak Resesi Ekonomi yang Diprediksi Terjadi pada 2023
Dalam pidatonya, Presiden Jokowi mengatakan bahwa lembaga keuangan internasional memprediksi keadaan ekonomi dunia akan gelap pada tahun depan (di tahun 2023).
Hal tersebut juga diperkuat dengan perkataan Menteri Keuangan RI Sri Mulyani tentang suku bunga yang tinggi di berbagai negara akan mempengaruhi kondisi ekonomi di tahun 2023 sehingga menyebabkan resesi.
Jadi apa itu Resesi? Dan jika terjadi bagaimana cara mencegahnya.
Resesi Ekonomi merupakan kondisi produk domestik bruto (GDP) yang mengalami penurunan atau ketika pertumbuhan ekonomi riil menjadi negatif selama dua kuartal atau lebih dalam satu tahun.
Anjloknya kegiatan Ekonomi secara signifikan yang berlangsung selama berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun bisa dikategorikan resesi.
Baca Juga: Potensi Bisnis 5 Tanaman Hias Philodendron, Dibanderol Puluhan Juta Rupiah per Pot
Jika Resesi berlangsung lama maka akan menimbulkan Depresi Ekonomi. Depresi Ekonomi akan mengakibatkan terjadinya kebangkrutan ekonomi (economy collapse) dengan ditandai oleh hiperinflasi atau kenaikan harga yang parah.
Hal hal yang menyebabkan Resesi beserta dampaknya antara lain
1. jumlah Produksi dan Konsumsi produk yang tidak seimbang, jika produksi tinggi namun rendahnya tingkat konsumsi makan akan menyebabkan barang yang menumpuk. Namun jika konsumsi tinggi dan produksi rendah akan menyebabkan negara melakukan impor mengakibatkan penurunan laba serta melemahnya pasar modal.
2. ketidakmampuan membayar utang, perusahaan atau individu yang melakukan bisnis tidak mampu membayar utang maka akan terjadinya kebangkrutan sehingga menyebabkan lesunya perekonomian