Sehingga kini sarung tidak saja dikenal di Indonesia tetapi hingga ke Asia Tenggara seperti di Malaysia, Brunei Darussalam, Thailand, Singapura, dan Myanmar.
Baca Juga: 3 Culture Shock Tinggal di Pegunungan, Apakah Senyaman Tempat Impian?
Di Indonesia dicanangkan Hari Sarung Nasional yang diperingati setiap tanggal 3 Maret.
Pada zaman penjajahan Belanda, sarung identik dengan usaha konfrontasi melawan budaya Barat.
Kala itu, kaum santri adalah golongan masyarakat yang paling konsisten memakai sarung.
Ketika kaum nasionalis abangan sudah banyak yang meninggalkan sarung dan menggantinya dengan memakai celana formal yang dianggap lebih praktis dan modern.
Baca Juga: Siapa Cak Kartolo? Inilah Biodata Lengkap Agama, Nama Istri, Usia, Instagram
Sikap konsisten pemakaian sarung dilakukan oleh salah satu tokoh pejuang yang bernama KH Abdul Wahab Hasbullah, salah seorang tokoh penting di Nahdlatul Ulama (NU).
Hal ini terbukti ketika ia diundang oleh Presiden Soekarno ke Istana. Protokol istana mensyaratkan untuk berpakaian formal lengkap dengan jas dan dasi.
Abdul Wahab datang ke istana dengan memakai jas, namun bawahannya tetap menggunakan sarung untuk menghadiri upacara kenegaraan.
Baca Juga: Fungsi Sarung di Turki Jauh Berbeda dengan di Indonesia, Buat Arie Untung dan Dimas Seto Malu
Sebagai seorang pejuang yang pernah berperang melawan Belanda dan Jepang, Abdul Wahab tetap istiqomah menggunakan sarung sebagai simbol perlawanan terhadap penjajah barat.
Ia ingin menampakkan harkat dan martabat bangsanya yang tinggi di depan budaya barat.***