Mengerti.id - Pada usia 5 hingga 8 tahun, anak-anak mulai belajar tentang tanggung jawab dan semangat berusaha. Tapi kadang, rasa malas bisa muncul, membuat mereka enggan belajar, berolahraga, atau membantu orang tua. Dongeng anak usia 5-8 tahun bisa menjadi cara menyenangkan untuk mengajarkan bahwa kemalasan bisa diatasi jika ada tekad dan keberanian.
Cerita kali ini akan membawa kita pada petualangan Gembol, anak yang sangat pemalas, tapi suatu hari mengalami hal tak terduga yang mengubah hidupnya. Yuk, kita baca kisah lengkapnya!
Gembol adalah anak laki-laki berusia tujuh tahun yang sangat suka tidur. Ia malas bangun pagi, malas mandi, bahkan malas mengerjakan PR. Hobinya hanya bermain gawai dan bermalas-malasan di tempat tidur.
Setiap kali ibunya menyuruhnya mandi atau belajar, Gembol selalu menjawab, "Nanti aja, Bu... bentar lagi." Tapi "bentar lagi" itu sering berubah jadi seharian penuh.
Gara-gara kemalasannya, nilai Gembol turun, dan ia sering dimarahi guru. Teman-temannya juga mulai menjauh karena Gembol tak pernah mau ikut lomba atau kerja kelompok.
Suatu malam, saat Gembol tertidur, ia bermimpi aneh. Ia terbangun di dunia lain—dunia yang terlihat seperti kamarnya, tapi semua jam dinding di sana berputar mundur!
Tiba-tiba muncul sosok aneh berbaju jubah hitam. "Aku adalah Penjaga Waktu. Kamu telah mengacaukan banyak waktu dengan kemalasanmu. Sekarang kamu harus memperbaikinya," kata sosok itu.
Sebelum sempat bertanya, Gembol dibawa ke sebuah kota bernama Tempotika, tempat semua anak harus bekerja keras menjaga waktu tetap berjalan. Di sana, anak-anak rajin menulis, membaca, dan berolahraga.
"Kalau kau tidak bisa ikut bekerja, waktumu akan hilang selamanya," kata Kapten Tempo, seorang guru besar di Tempotika.
Gembol mencoba kabur, tapi setiap jalan yang ia ambil membawanya kembali ke tempat yang sama. Ia akhirnya menyerah dan mulai belajar mencatat waktu, menyapu ruangan, bahkan membantu anak-anak lain.
Semakin ia bekerja, tubuhnya terasa lebih ringan dan pikirannya lebih jernih. Ia mulai menikmati belajar dan membantu.
Setelah beberapa hari, jam-jam di kota Tempotika mulai berputar maju kembali. Kapten Tempo tersenyum, "Kau sudah mengerti nilai waktu. Sekarang saatnya kau kembali."
Tiba-tiba Gembol terbangun. Ia masih di tempat tidur, tapi kali ini ada alarm yang berbunyi. Tanpa disuruh, ia bangun, mandi, dan sarapan. Ibunya sampai terkejut melihat perubahan itu.
Di sekolah, Gembol mulai mengangkat tangan saat pelajaran, mengerjakan PR, dan ikut lomba cerdas cermat. Teman-temannya pun kembali dekat dengannya.